BICARA UMKM. Sri Marnyuni (kiri) dalam acara dialog ‘4 Pilar Kebangsaan’ di Hotel Sunan Kota Surakarta, Rabu (19/1/2022), dengan tema ‘Peran UMKM sebagai Penggerak Ekonomi.’ (foto ayu utaminingtyas)
SURAKARTA – Dalam acara dialog ‘4 Pilar Kebangsaan’ di Hotel Sunan Kota Surakarta, Rabu (19/1/2022), peran UMKM sebagai penggerak ekonomi menjadi topik utama yang dibahas DPRD & Dinkop UKM Provinsi Jateng dan UNS. Pada kesempatan itu, Wakil Ketua Komisi B DPRD Provinsi Jateng Sri Marnyuni mengatakan menjelang Natal 2021 & Tahun Baru 2022 (Nataru) banyak komoditas yang harganya naik.

Dalam kondisi itu, masyarakat menjadi terbebani dan berimbas pada sektor UMKM. “Harapan kami, UMKM sebagai penggerak ekonomi, dapat terus bertahan meski selama ini didera mahalnya bahan baku dan pandemi yang belum berakhir,” kata Politikus PAN itu.
Ia juga mengatakan pihaknya terus mendorong sektor UMKM untuk mengikuti pelatihan dalam penjualan usaha. Peran pemerintah juga diperlukan dalam pendampingan terhadap UMKM tersebut.
“Pelatihan digitalisasi sangat penting, mengingat pemasaran produk sekarang melalui sistem online. Saya rasa ini perlu kerjasama dan dukungan dari semua pihak. DPRD sendiri memberikan dukungannya dalam bentuk Perda Nomor 5 Tahun 2021 tentang Ekonomi Kreatif. Saat ini sedang menunggu pergub untuk melaksanakan perda tersebut,” tuturnya.

Sementara, Kepala Dinkop UKM Provinsi Jateng Ema Rachmawati menjelaskan selama ini pihaknya telah melakukan survey bahwa sektor UMKM di Jateng sebanyak 60% bergerak dalam penjualan. Untuk itu, pihaknya menggalakkan e-Commerce agar banyak masyarakat tergerak untuk melakukan usaha.
Secara data, saat ini baru 5,8% UMKM yang melakukan penjualan secara online. Dari penjualan itu, sekitar 30% produk usaha dipasarkan melalui aplikasi WhatsApp (WA).
“Soal pasar, buyers dari luarnegeri sangat banyak sehingga diharapkan UMKM bisa menjangkaunya. Mengenai pembiayaan, kami sudah berusaha mendata UMKM yang membutuhkan permodalan,” ujar Ema.

Mulyanto selaku Akademisi dari UNS Surakarta menilai saat ini proses penjualan konvensional mulai beralih ke digitalisasi. Dengan demikian, penjualan online itu lebih cepat berinteraksi dengan masyarakat dan lebih mampu bertahan lama.
“Buatkan yang dibuatkan dan jual yang dibutuhkan saja. Karena, penjualan sekarang itu harus lebih memahami masyarakat. Yang penting harus inovatif dan kreatif selama berjulan online,” kata Mulyanto. (ayuta/priyanto)