SOAL DALANG. Sumarji dalam Dialog Metra DPRD Provinsi Jateng pada Rabu (17/8/2022) lalu membahas soal keberlangsungan profesi dalang. (foto cahya dwi prabowo)
KLATEN – Selama 2 tahun terakhir, semua daerah terkena dampak pandemi, tak terkecuali di bidang seni. Provinsi Jateng yang kental dengan seni pagelaran wayang kulit pun ikut terkena dampaknya dimana pagelaran wayang kulit yang biasa dinikmati masyarakat tidak diperbolehkan karena akan mengundang keramaian, yang selama masa pandemi tidak diizinkan.
Tentunya, dalam kondisi demikian, profesi dalang juga tidak bisa mendatangkan penghasilan. Keterpurukan ekonomi pun melanda profesionalisme dalang dalam menjaga tradisi seni. Tak jarang pulamdari mereka yang tidak bisa bertahan di dunia seni dan mencoba mencari peruntungan lain.

Bahasan itu mengemuka dalam ‘Dialog Media Tradisional (Metra) DPRD Provinsi Jateng’ di Kabupaten Klaten, baru-baru ini. Sumarji, Anggota DPRD, yang hadir sebagai pembicara mengatakan pandemi menjadikan semua aspek kehidupan menjadi terganggu, imbasnya juga di bidang kesenian.
Dalang sebagai pelaku utama kesenian wayang juga terkena dampaknya. Saat ini menjadi momentum kebangkitan seni agar dalang-dalang bisa tampil kembali dan menghibur masyarakat.

“Saya sangat mengapresiasi selama dua tahun terpuruk akibat pandemi tapi tetap ada dalang yang mau bertahan demi nguri-nguri budaya kesenian wayang kulit. Saya harapkan, dengan perhatian dari banyak pihak, bisa memberikan sesuatu yang positif bagi profesi ini,” kata politikus PDI Perjuangan itu.
Senada, Ki Halilintar Cokro selaku dalang wayang kulit mengakui pandemi sangat berdampak untuk profesi dalang sehingga dirinya belajar ikhlas supaya wayang tidak hanya berhenti di satu titik. Dikatakannya, Corona memberi pelajaran bahwa akan ada dunia baru setelah Corona.

“Jadi, para dalang belajar mulai berinovasi melibatkan teman-teman multimedia dan juga ada beberapa teman yang mulai kreatif mengedit agar bisa dikonsumsi ke semua kalangan masyarakat. Kami berubah dan berkembang menjadi lebih baik lagi.
Kami, para dalang, berusaha semaksimal mungkin untuk hidup. Bersyukur sekarang sudah mulai bergeliat kembali,” kata dalang.

Dari Dewan Kesenian Kabupaten Klaten Suranto Siswo juga mengaku sependapat dengan Sumarji dan Ki Halilintar. Menurut dia, sebagai pembina kesenian, pihanya harus memiliki semangat untuk melestarikan profesi dalang.
“Pemerintah telah menganjurkan Dewan Kesenian untuk memonitor dari sanggar ke sanggar agar bisa memberikan pelatihan-pelatihan supaya profesi dalang bisa hidup kembali dan meningkatkan sarana dan prasarana pelatihan agar semakin banyak orang yang tertarik mendalami profesi dalang,” kata Suranto.
Diakhir dialog, masyarakat disajikan pagelaran wayang kulit semalam suntuk dengan lakon ‘Karno Gugur.’ Dalam gelaran wayang itu diceritakan tentang kecintaan seorang terhadap bangsa dan negaranya. (cahyo/ariel)









