SOAL JALAN. Komisi D DPRD Provinsi Jateng memonitor Proyek Jalan Wiradesa-Kajen di Kabupaten Pekalongan, Selasa (16/12/2025). (foto setyo herlambang)
KAJEN – Komisi D DPRD Provinsi Jateng meninjau langsung proyek preservasi ruas Jalan Wiradesa-Kajen, Selasa (16/12/2025). Dalam pantauannya, para legislator menekankan kekuatan jalan beton tidak akan bertahan lama jika tidak dibarengi dengan sistem drainase yang mumpuni.
Seperti diutarakan Ketua Komisi D, Nur Saadah, kepada Kepala Balai Pengelola Jalan (BPJ) Wilayah Barat DPU Bina Marga Cipta Karya (BMCK) Provinsi Jateng. Wahintoro. Dikatakan, proyek itu merupakan atensi langsung dari Gubernur. Mengingat statusnya sebagai jalur utama, pengerjaannya tidak boleh hanya fokus pada pengerasan jalan.
”Penanganan Jalan Wiradesa-Kajen harus segera diselesaikan karena itu jalan utama. Namun, jangan sampai fungsi drainase terabaikan. Seringkali pembangunan jalan mengabaikan saluran yang akhirnya justru memicu genangan di badan jalan,” ujar Nur Saadah di sela-sela peninjauan.

Senada, Anggota Komisi D DPRD Provinsi Jateng Andang Wahyu Triyanto menyoroti minimnya ruang penyerapan air di sekitar proyek. Menurut dia kegagalan drainase seringkali menjadi penyebab utama kerusakan jalan yang baru saja diperbaiki.
”Saat hujan besar, air tidak bisa meresap dan malah menyebabkan banjir karena tidak ada lubang resapan yang pas. Harus ada ruang yang optimal untuk fungsi drainase agar infrastruktur ini awet,” tegas Andang.
Data DPU BMCK menyebutkan, proyek preservasi sepanjang 5,475 km itu menelan anggaran APBD 2025 sebesar Rp 33,348 miliar. Pengerjaan yang berlangsung selama 160 hari sejak Juli lalu mencakup galian biasa dan pelebaran jalan, pemasangan lapis fondasi beton kurus, dan perkerasan beton semen (rigid pavement).
Muh Ariston, Anggota Komisi D lainnya, mengaku besarnya investasi tersebut sebanding dengan peran strategis ruas ini. Jalan Wiradesa-Kajen tersebut merupakan urat nadi yang menghubungkan Pantura dengan pusat Kabupaten Pekalongan dan terkoneksi langsung dengan Exit Toll Bojong.

”Jalan itu bukan sekadar jalur mobilitas orang dan barang tapi juga kunci konektivitas antara Jateng bagian utara dan selatan. Lebih dari itu, infrastruktur yang mantap sangat krusial untuk mendukung ketahanan pangan di wilayah tersebut,” jelas Ariston.
Menanggapi masukan Dewan, Kepala BPJ Wilayah Barat Wahintoro menjelaskan saat ini proyek sudah memasuki tahap finalisasi. Proyeksi penuh manfaat dari preservasi jalan itu diharapkan dapat dirasakan masyarakat secara maksimal pada 2026 mendatang.
Pihaknya berkomitmen peningkatan jalan tersebut bertujuan untuk memacu pertumbuhan ekonomi daerah. Terutama karena letaknya yang strategis sebagai penyambung arus lalu lintas nasional di jalur Pantura. (setyo/priyanto)









