SOAL LAYANAN. Komisi E DPRD Provinsi Jateng berdiskusi dengan jajaran manajemen RSUD dr. Moewardi, Kota Surakarta, Selasa (7/5/2024), membahas soal layanan kesehatan. (foto can)
SURAKARTA – Saat ini didunia kesehatan sudah semakin marak dengan adanya Stem Cell. Stem Cell (sel puncak) sendiri merupakan sel biologis yang merupakan jejak utama DNA yang memiliki kemampuan untuk memperbarui diri (self–renewal).
Begitu pun dengan RSUD dr. Moewardi, Kota Surakarta, yang kini sedang mengembangkan Stem Cell ini. Hal itu diketahui saat Komisi E DPRD Provinsi Jateng berkunjung ke RSUD tersebut, Selasa (7/5/2024).
Saat berdiskusi dengan jajaran manajemen RSUD, Anggota Komisi E DPRD Provinsi Jateng Sumarsono mengatakan pihaknya ingin mengetahui lebih lanjut mengenai Stem Cell. Hal itu terkait dengan peningkatan mutu pelayanan.

“Bagaimana pengaruh adanya Stem Cell sebagai upaya peningkatan pelayanan di RSUD dr. Moewardi ini terhadap masyarakat. Karena, sarana baru tersebut mampu membuat banyak masyarakat berminat ke RSUD dr Moewardi,” katanya.
Joko Purnomo, Anggota Komisi E lainnya, juga berharap RSUD dr. Moewardi bisa bersaing dengan rumah sakit (RS) lainnya yang sudah lebih memiliki nama. “Terkait keberadaan Stem Cell di RS ini, semoga bisa bersaing dengan RSUP dr. Cipto dan RSUD dr. Soetomo, yang juga milik pemerintah, sehingga bisa menjadi daya saing yang kuat,” kata Joko.

Sementara, Anggota Komisi E, Jasiman, menanyakan tentang masyarakat yang bisa mendapat pelayanan Stem Cell tersebut. “Stem Cell kan baru, siapa saja yang bisa mendapat pelayanan itu?,” tanyanya.
Menanggapinya, Hadi Cahyono selaku Direktur Utama RSUD dr. Moewardi mengatakan saat ini Stem Cell masih dalam riset/ kajian. Dengan kata lain, belum bisa dijual dan belum bisa diberikan untuk pelayanan kepada masyarakat.

“Yang perlu digarisbawahi, Stem Cell saat ini masih riset jadi belum bisa dijual dan masih menunggu visitasi dari Kemenkes dan izin BPOM. Jadi, belum tahu nanti pelayanannya bagaimana ke masyarakat. Kami belum bisa menjawab semua pertanyaan karena masih menunggu visitasi dulu besok pada 13 Mei 2024 dan setelah itu diajukan ke BPOM,” jawab Hadi.
Ditegaskannya pula, “kami di rumah sakit bukan seperti pelayanan alternatif, yang berobat 10 orang yang bilang sembuh 2, itu namanya testimoni. Kalau di rumah sakit, yang berobat 10 orang, ya harus sembuh 10 orang. Jadi, kami belum berani memperjualbelikan Stem Cell karena ini masih riset. Saya tidak peduli dengan pelayanan Stem Cell diluar sana, silahkan kalau mau mencoba tapi kami tidak akan tanggungjawab. Yang Jelas, di RS ini belum karena masih riset.”
Sebagai informasi, riset terkait terapi Stem Cell di RSUD dr. Moewardi yaitu Osteoarthritis (OA), Systemic Lupus Erythematodud (SLE), Rheumatoid Arthritis (RA), dan Sindrom Sjögren. Laboratorium Stem Cell di RSUD dr. Moewardi sendiri merupakan satu-satunya di Indonesia yang menggunakan Automated Closed System dalam proses kultur sel dan digawangi oleh tim dokter yang tergabung dalam Tim Stem Cell yang telah berpengalaman di bidang terapi Stem Cell.
Saat ini dalam tahap persiapan untuk trial-optimasi produksi Stem Cell pertama. (bintari/ariel)








