KUNJUNGAN KERJA: Ketua Komisi E Abdul Hamid menyerahkan cendera mata kepada Balkesmas Wilayah Klaten.(foto: dyana sulist)
KLATEN – Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat untuk sekarang ini menjadi sangatlah penting. Komisi E DPRD Jateng berupaya mencari data perihal pola pelayanan kesehatan supaya masyarakat bisa terlayani secara maksimal. Pada Rabu (1/3/2023), Dewan berkesempatan berkunjung ke Balai Kesehatan Masyarakat (Balkesmas) Wilayah Klaten. Dalam kunjungan itu, Komisi E diterima Kepala Balkesmas Wilayah Kabupaten Klaten Yuni Rahayuningtyas.

Ketua Komisi E Abdul Hamid mengemukakan, pihaknya ingin melihat pola pelayanan kesehatan yang menjangku wilayah Solo raya ini. Termasuk langkah-langkah apa saja yang telah dilakukan Balkesmas untuk meningkatkan pelayanan kesehatan untuk masyarakat.
Pada kesempatan itu pula, anggota Komisi E Messy Widiastuti menyinggung seputar program dan strategi pemberdayaan Germas atau Gerakan Masyarakat Sehat.
“Contohnya pengembangan kawasan sehat apa yang ada di Kabupaten Klaten ini yang menjadi ikon dan prestasi apa yang didapat Balkesmas dengan Germasnya di tingkat daerah maupun nasional, “ ucapnya.
Menjawab hal itu Yuni Rahayuningtyas menjelaskan, Balkemas Wilayah Klaten merupakan UPT Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Wilayah Kerja Balkesmas wilayah Klaten meliputi eks karesidenan Surakarta yakni Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen, dan Klaten. Tugas pokok dan fungsi sebagai UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) yang meliputi promotif dan preventif dan UKP (Upaya Kesehatan Perorangan) yang meliputi kuratif dan rehabilitatif.
Kedudukan Balkesmas Wilayah Klaten, lanjutnya, merupakan unsur pelaksana kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis tertentu di bidang pelayanan kesehatan masyarakat. Balkesmas Wilayah Klaten dipimpin oleh Kepala Balai yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
“Sekarang ini melakukan pendampingan dengan program Pemkab tentang pengembangan kawasan sehat termasuk pasar sehat, unit kesehatan sekolah (UKS), lingkungan kerja/pendidikan sehat, penyediaan ruang terbuka untuk publik contohnya ruang taman hijau dan taman bermain serta penataan alun-alun,” ucapnya.
Yuni turut menyinggung semula Balkesmas pada 1962 dikenal dengan Samalo atau balai pengobatan penyakit paru-paru. Selanjutnya pada 1978 berubah menjadi UPT Balai Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4). “Baru pada 2017 berubah menjadi Balkesmas,” ungkapnya.(dyana/priyanto)








