DIALOG PARLEMEN: Anggota Komisi E Yudi Indras Wiendarto menjadi narasumber dalam dialog radio.(foto: setyo herlambang)
GEDUNG BERLIAN – Ketertarikan anak muda untuk menekuni kesenian tradisional terbilang rendah. Sebaliknya budaya pop dari luar negeri begitu mudahnya diterima.

Masalah ini mengemuka dalam Dialog Parlemen dengan tema ‘Minat Generasi Zaman Now Terhadap Kesenian Tradisional’ dengan narasumber anggota Komisi E Yudi Indras Wiendarto dan Sekretaris Sobokarti Arif Setiawan. Acara disiarkan dari Studio Berlian TV, Lt I Gedung Berlian, Jalan Pahlawan Semarang, Senin (21/9/2021).
Yudi mengakui kesenian tradisional kurang banyak diminati kalangan muda. Terbukti saat bertemu dengan pelajar SMA maupun mahasiswa pun, banyak dari mereka menggelengkan kepala perihal kesenian daerah.
Secara demografi, lanjut dia, Provinsi Jawa Tengah belakangan ini mendapat bonus khusus. Jumlah penduduk usia muda terbanyak dan masuk dalam usia produktif. Dengan adanya bonus itu, sayang kalau tidak diimbangi dengan memperkenalkan budaya daerah kepada kalangan muda.
Oleh karena itu, pemerintah provinsi menggandeng dinas terkait terus berupaya mengajak kaum muda untuk kembali mengenal dan menekuni budaya tradisional namun dengan sentuhan seni kontemporer.
“Sangat mengkhawatirkan bila tidak ada regenerasi secara masif dan bisa jadi seni budaya tradisional hilang atau punah. Kami bersama dinas terkait dan kelompok budaya menyusun program bagaimana menarik minat mereka agar lebih peduli budaya tradisional. Untuk menarik minat, bisa saja mengkreasikan karakter heroik pewayangan dibuat lebih luwes dan humanis” jelas politikus Gerindra.

Menanggapi Sekretaris Sobokarti, Arif Setiawan melihat adanya potensi pendekatan budaya tradisional dengan cara khusus dan pendekatan teknologi informasi juga sangat diperlukan. Kesalahan tidak mempelajari budaya tradisional juga tidak bertumpu pada anak muda saja akan tetapi para seniman senior terlalu memegang pakem sehingga sering kali terlihat kaku dan tidak sejalan dengan kondisi saat ini.
“Kami pun menyadari, pertunjukan secara konvensional bukan lagi menjadi primadona tetapi perlu pendekatan teknologi dengan menyiarkan pertunjukan wayang orang atau kulit lewat media internet. Maka pakem yang sangat dijunjung seniman senior juga harus kami sesuaikan, pertunjukan yang biasanya memakan waktu enam jam kami buat berseri dan dimasukan unsur budaya kontemporer,” terang dia.(tyo/priyanto)








