TENAGA KERJA. Komisi E DPRD Provinsi Jateng berdiskusi bersama Pemkot Surakarta membahas ketenagakerjaan di Kantor Disnaker Kota Surakarta, Selasa (4/1/2021). (foto bintari setiawati)
SURAKARTA – Hingga akhir 2020 lalu, angka pengangguran di Kota Surakarta mencapai sekitar 22 ribu orang dari total penduduk 522.364 jiwa (data BPS 2020). Untuk mengatasi permasalahan itu, Pemerintah Kota Surakarta kini sudah memiliki program Forum Skill Development Center (SDC), hasil kerja bersama Bappenas, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pendidikan, dan Kementrian Tenaga Kerja.

Menurut Asisten Ekonomi & Pembangunan Setda Kota Surakarta Agus Sutrisno SDC itu merupakan program untuk mempersiapkan tenaga kerja yang belum mempunyai skill untuk memenuhi lowongan kerja. Program SDC juga merupakan pengentasan pengangguran untuk tingkat pendidikan SLTA ke bawah.
“Artinya, kualitas tenaga kerja kurang sehingga tidak terserap dan itu adalah tugas pemerintah Surakarta untuk mengentaskan. Karena, pengangguran adalah potensi dari bencana sosial,” katanya, saat berdiskusi dengan Komisi E DPRD Provinsi Jateng di Kantor Disnaker Kota Surakarta, Selasa (4/1/2021).
Ia menambahkan, “pengangguran di Kota Surakarta itu terjadi karena banyak yang dirumahkan dan di PHK akibat dampak pandemi Covid-19.”
Mendengarnya, Anggota Komisi E DPRD Provinsi Jateng Sony Sumarsono menanyakan upaya pemerintah untuk mengurangi pengangguran di Kota Surakarta. “Pelatihan-pelatihan SDC sendiri mendapat bantuan darimana saja? Bagaimana respon warga Surakarta sendiri dengan adanya forum ini?” tanyanya, didampingi Kepala Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Jateng Sakinah.

Anggota Komisi E lainnya, Ida Nurul Farida, menyarankan Forum SDC itu sebaiknya bisa merata ke semua daerah. Tujuannya untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja yang dikirim ke luar negeri.
“SDC itu diperlukan ya supaya tenaga kerja yang nanti dikirim ke luar negeri tidak hanya menjadi ART (Asisten Rumah Tangga) saja, melainkan bisa menjadi tenaga ahli di sana. Karena, untuk disini pun, tenaga kerja juga harus bersaing dengan tenaga kerja asing,” kata Ida.

Anggota Komisi E, dokter Messy Widyastuti, juga menambahkan pelatihan live skill perlu diberikan kepada calon ART. “Karena, belum ada yang memperhatikannya ke arah sana,” ujar Messy.
Menanggapi Dewan itu, Agus Sutrisno menjelaskan bahwa program SDC tersebut bekerjasama dengan sejumlah pihak. Beberapa diantaranya pengusaha, akademisi, dan Lembaga Pelatihan & Ketrampilan (LPK) yang memiliki kompetensi.
“Untuk di Surakarta sendiri, anak muda tidak tertarik industri manufaktur tapi lebih tertarik wirausaha dan bidang Teknologi Informasi (TI). Jadi, pernah ada pelatihan garmen dan pertukangan, sampai waktu habis nggak ada yang daftar. Tapi, untuk digital marketing, wirausaha banyak yang ikut,” kata Agus.
Dalam digital marketing itu, di Kota Surakarta sudah diresmikan Hetero Space untuk mendukung usaha di bidang TI. “Jadi mungkin nanti sesuai arahan Mas Walikota, di Surakarta arahnya mungkin lebih ke pembentukan wirausaha baru seperti kemarin diresmikannya Hetero Space Surakarta untuk program digitalisasi marketplace yang diresmikan Mas Walikota bersama Pak Gubernur,“ jelasnya.

Pantauan ketenagakerjaan dilanjut ke PT Tiga Serangkai di Jalan Supomo Nomor 23 Laweyan Kota Surakarta, Rabu (5/1/2022). Saat berdiskusi dengan jajaran manajemen Tiga Serangkai, Anggota Komisi E DPRD Provinsi Jateng Joko Haryanto mengapresiasi upaya Tiga Serangkai yang mampu mempertahankan stabilitas perusahaan seperti tidak adanya PHK dan tidak ada pengurangan gaji selama pandemi Covid-19.
“Kok bisa bertahan selama pandemi karena banyak perusahaan yang bangkrut akibat pandemi. Kiat-kiatnya seperti apa?” tanya Joko.

Hal serupa juga ditanyakan Anggota Komisi E lainnya, Anton Lami Suhadi. Menurut dia, dari segi ekonomi, upaya perusahaan untuk bertahan selama pandemi kemungkinannya sangat kecil.
“Kalau dari teori ekonomi sepertinya tidak mungkin, apakah ada rezeki nomplok dari penjualan online atau ada dana cadangan dari keuntungan tahun lalu untuk back up gaji karyawan?” tanya Anton.

Menjawabnya, Chief Executive Officer PT Tiga Serangkai Eny Rahma Zaenah mengatakan bahwa adanya perubahan dalam variable cost perusahaan seperti insentif penjualan, seragam karyawan, biaya event, dan lainnya. Pihaknya lebih fokus pada biaya fix seperti gaji pokok karyawan.
“Selama pandemi, kami mengurangi variable cost dan lebih fokus pada gaji karyawan. Karena, selama ini gaji karyawan sudah diatas UMR,” tutur Eny. (bintari/ariel)