DEMAK – Revolusi Industri 4.0 menjadi tema dialog Wedangan yang disiarkan di Stasiun TVRI Jateng, Rabu (17/7/2019). Menjadi narasumber Ketua DPRD Dr Rukma Setyabudi, Ketua Prodi TI Udinus Semarang Heru Agus Santoso PhD, pelaku industri Solichul Sokaemi, dan Staf Ahli Wali Kota Semarang Bidang Ekonomi Dr Nana Storada.

Isu perihal revolusi industri 4.0 untuk sekarang ini menghangat di belahan bumi manapun. Rukma mengatakan, seiring perkembangan zaman tidak bisa menghindari adanya perubahan pada pesatnya teknologi informasi. Kalangan industri pun sudah mulai mengurangi tenaga manusia.
“Mau tidak mau, suka tidak suka, zaman teknologi seperti ini pasti akan terjadi. Dan kita perlu antisipasi ke depan apa yang harus kita persiapkan dan kita lakukan,” ucap dia.
Rukma mencontohkan pada trasportasi. Dulu orang mencari moda transportasi, namun kini dengan sekali sentuh pun sudah datang Grab maupun Gojek.
“Kita di rumah ingin makan nasi goreng tinggal memesan lewat Grab food melalui aplikasi. Hanya duduk manis di rumah sudah diantarkan. Ada lagi Bukalapak, Traveloka dll,” jelasnya.
Menanggapi hal itu Heru berpendapat, industri versi 4.0 sebenarnya sudah lama sejak 2006-2007. Kali itu sudah ada gejala disruption. Yang paling menonjol pertukaraan data dan berbagi informasi secara global. Seperti halnya internet of thing yaitu suatu konsep dimana objek itu punya kemampuan untuk mentransfer data lewat jaringan tanpa memerlukan adanya interaksi dari manusia keperangkat komputer,” ungkapnya.
Nana Storada menambahkan, revolusi yang diterapkan oleh pemerintah nanti dua sisi. Pertama jangan sampai masyarakatnya tidak paham tentang revolusi industri, yang kedua jangan sampai kebijakan lokal/budaya lokal hilang.
Jadi pemerintah menjaga keseimbangan ini. Pemerintah kota sejak 2014 menerapkan smart system ini berkaitan dengan 4.0 ini sejak dua tahun pertama. Kemarin sengaja fokus ke internal dulu mengenai industri 4.0 karena nantinya di internal itu pasti nanti akan diterapkan ke masyarakat umum.(dewi setyana/priyanto)