LIHAT DESA. Jajaran Komisi B berada di Desa Wisata Sukunan di Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman DIY, Jumat (24/5/2019). (foto rahmat yasir widayat)
SLEMAN – Komisi B DPRD Jateng mengunjungi Kampung Desa Wisata Sukunan, terletak di Desa Banyuraden Kecamatan Gamping Sleman DIY, Jumat (24/5/2019). Desa itu merupakan desa wisata berbasis lingkungan atau dikenal sebagai ecotourism.

(foto rahmat yasir widayat)
Kunjungan DPRD Jateng itu untuk melihat cara warga setempat mengembangkan Desa Wisata Sukunan yang dirintis sejak 2003 berhasil menjadi kampung wisata lingkungan. Hasil dari pengembangan itu dapat menggerakkan perekonomian warga dengan memberdayakan dan pengelolaan limbah warga setempat.
“Barangkali ada kiat-kiat tertentu yang kemudian bisa kami kembangkan di Jawa Tengah,” tutur Wakil Ketua Komisi B RM Yudi Sancoyo membuka pertemuan dengan sejumlah pengurus dan pendamping dari Dinas Pariwisata DIY.
Setelah mendengar paparan dari pengelola desa wisata, rombongan kunjungan kerja dipandu berkeliling lokasi. Nuansa unik desa wisata melihat papan nama yang terbuat dari kumpulan tutup botol bekas.
Dari situlah pengunjung diberikan gambaran tentang pemanfaatan sampah non-organik. Selain itu pengunjung juga akan disuguhkan dengan suasana pedesaan yang asri, karena masih terdapat pohon-pohon besar dan rindang.
Proses pengolahan sampah yang di lakukan oleh masyarakat Sukunan dilakukan secara mandiri mulai dari tingkat rumah tangga hingga di kelompok. Dengan keseriusan para warga, kegiatan tersebut menghasilkan berbagai produk olahan sampah yang memiliki nilai lebih seperti aneka produk kerajinan dari sampah plastik, kerajinan dari kain perca serta pupuk kompos dari sampah organik.

Penunjung Kampung Wisata Sukunan berasal dari berbagai kalangan. Adapun paket wisata yang ditawarkan kepada pengunjung seperti pelatihan berbasis lingkungan yang edukatif dan rekreatif.
Semisal, sistem pengolahan sampah mandiri, pelatihan pembuatan kerajinan dari plastik, pelatihan pembuatan kerajinan dari kain perca, pelatihan pembuatan kompos rumah tangga, hingga atraksi khas pedesaan seperti angon bebek, membajak sawah, menanam benih, hingga memanen padi. Dengan pola pengelolaan itu masyarakat desa wisata Sukunan berhasil sedikit demi sedikit terentaskan dari kemiskinan, status pengangguran pun kini langka ditemui didesa itu.
Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas Pariwisata Dinas Pariwisata DIY yang membawahi 124 desa wisata, Wardoyo mengatakan, dengan upaya yang serius segenap warga, kini status desa wisata menjadi desa wisata mandiri. Salah satunya karena dari pengelolaan sampah dan limbah dilingkungan, desa itu bisa menghasilkan beragam produk yang inspiratif dan layak jual, bahkan beberapa berhasil menembus pasar ekspor.
“Kebetulan tahun ini akan terbit pergub tentang klasifikasi desa wisata, yang klasifikasinya adalah maju, berkembang, rintisan dan mandiri, karena banyak desa yang punya sedikit potensi, namun berani membentuk desa wisata, maka butuh payung hukumnya untuk mengaturnya sehingga bisa maksimal dalam penggalian potensinya,” jelas Wardoyo. (rahmat/priyanto)