SERAH PLAKAT. Abdul Hamid saat menerima plakat dari Dance Ishak Palit saat berkunjung ke Kantor DPRD Kota Salatiga, Senin (26/10/2020), dalam rangka memperkaya data dan informasi terkait penyusunan Raperda tentang Pengembangan & Kepemudaan. (foto priskilla candra cahyaningtyas)
SALATIGA – Komisi E DPRD Provinsi Jateng meminta masukan dan informasi, terkait penyusunan Raperda tentang Pengembangan & Pembangunan Kepemudaan ke DPRD Kota Salatiga, Senin (26/10/2020). Rombongan Komisi E diterima oleh Ketua DPRD Kota Salatiga Dance Ishak Palit.
Saat berdialog, Ketua Komisi E DPRD Provinsi Jateng Abdul Hamid menuturkan bahwa Kota Salatiga merupakan Kota Toleransi karena di dalamnya banyak pemuda/ remaja dari luar daerah. “Tentu, berkaitan dengan hal tersebut, Komisi E berharap raperda ini didalamnya terdapat serapan-serapan nilai lokal di tiap daerah yang mampu menyempurnakan Raperda Kepemudaan. Salah satunya, pemuda dalam pengembangan bakat, minat, dan kemandirian sehingga bisa menjadi penerus bangsa,” katanya.

Anggota Komisi E DPRD Provinsi Jateng Jasiman juga mengatakan banyak hal yang membedakan antara pemuda zaman dahulu dengan pemuda di era ini. Ia menilai simpati sosial pemuda di dalam masyarakat masih sangat rendah sehingga diharapkan Raperda Kepemudaan dapat menjadi dampak positif untuk generasi berikutnya.
“Saat ini, di Kota Semarang banyak sekali anak-anak muda yang malas berolahraga misalnya dan sebenarnya memang ada beberapa fasilitas olahraga yang malah dipakai untuk parkiran mobil. Sehingga, mungkin hal itu bisa menjadi faktor mereka (anak muda) tidak punya fasilitas untuk mengekspresikan diri,” tutur Jasiman.
Menanggapi hal itu, Dance menjelaskan bahwa saat ini Kota Salatiga sedang menggarap raperda terkait pengembangan kewirausahaan dan kepeloporan pemuda. Ia berharap, dengan adanya penyusunan raperda tersebut, pemuda di Kota Salatiga nantinya mampu bersaing ketat dalam pengembangan diri untuk kesejahteraan hidup mereka sekaligus bekal masa depan yang lebih baik.
“Semoga, perda itu nantinya bisa menjawab krisis pemuda. Karena, masih ada permasalahan lainnya misalnya nasionalisme. Organisasi pemuda yang lebih menunjukkan bagaimana powernya,” kata Dance. (tyas/ariel)