BAHAS PUPUK. Sumanto dihadapan Gapoktan Guyub Rukun di pelataran Desa Bero Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten pada 23 Desember 2021. (foto setyo herlambang)
GEDUNG BERLIAN – Bung Karno berpesan bahwa urusan pangan adalah hidup matinya sebuah bangsa. Itu disampaikannya dalam pidato peletakan batu pertama Fakultas Pertanian Universitas Indonesia yang sekarang bernama Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 27 April 1952 silam.
Demikian disebutkan Sumanto, Ketua Komisi B DPRD Provinsi Jateng, saat ditemui di ruang kerjanya, baru-baru ini. Dengan berkaca pada penyampaian Bung Karno tersebut, ia menilai urusan pangan perlu mendapat perhatian serius.
Untuk itu, semua pihak perlu melihat potensi sektor pertanian yang sampai sekarang masih belum terangkat. Hal tersebut dapat dilihat dari penghasilan petani yang masih jauh dibawah Upah Minimum Provinsi/ regional/ atau kabupaten/kota (UMP/UMR/UMK). Harga beli gabah petani juga masih sangat rendah.
Tercatat, ada 1.317.118 petani gurem di Jateng yang penghasilannya dibawah UMP (Rp. 1.813.011). Kemudian, petani yang memiliki lahan 2.000 m² dan pendapatan mereka berkisar Rp 600.000 hingga Rp 800.000/bulan.
“Ke depan, perlu langkah-langkah konkret agar mampu ‘mencangkul’ kesejahteraan para petani. Itu dapat dimulai dengan adanya keberpihakan anggaran, jaminan usaha hulu-hilir, dan pemberdayaan yang tepat guna,” jelas Politikus PDI Perjuangan itu.
Dikatakannya, Food & Agriculture Organization (FAO) memprediksi dunia harus meningkatkan produksi pangan sebanyak 70% pada 2050. Karena, populasi global terus bertambah secara cepat, sementara jumlah sumber daya lahan terus menyusut.
Di Indonesia sendiri jumlah penduduknya tercatat 264 juta orang pada 2018, meningkat sebesar 1,27% dari 2017. Sementara itu, Petani Gurem di Jateng rata-rata memiliki lahan hanya 0,15 hektare.
“Dengan kondisi itu, perlu adanya inovasi-inovasi yang mampu memaksimalkan sumber daya lahan yang terbatas,” katanya. (ariel/priyanto)