JADI NARASUMBER : Sekretaris Komisi A Irna Setyowati menjadi narasumber dalam Dialog Parlemen : Taubat Teroris.(foto: aldi)
SEMARANG – Kunci utama dalam menanggulangi gerakan terorisme adalah peran sinergisitas antara pemerintah, masyarakat dan juga kepolisian untuk menekan radikalisme.
Hal tersebut menjadi perbincangan hangat dalam Dialog Parlemen dengan mengangkat tema “Taubat Teroris” dengan narasumber Sekretaris Komisi A DPRD Jateng Irna Setyowati, Direktur Direktorat Pembinaan Masyarakat (Ditbinmas) Polda Jateng, Kombes Pol Lafri Prasetyono. Selanjutnya dari Forum Koordinasi Penanggulangan Teroris (FKPT) Syamsul Ma’arif, dan eks narapidana terorisme (napiter) Badawi Rahman di Cafe Cuprit, kompleks Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang, Selasa (4/5/2021).

Mengawali, Badawi Rahman mengatakan awal keterlibatan paham radikalis bermula lewat kegiatan kelompok tertentu yang sering membahas doktrin-doktrin keagamaan sampai pada akhirnya belajar cara perakitan senjata api. Meski sekarang sudah tobat dan hidup di tengah masyarakat, namun masih saja mendapatkan stigma negatif.
“Radikalisme mudah sangat tersebar melalui kelompok atau komunitas diskusi keagamaan dengan menekan prinsip untuk tidak sepaham dengan ideologi pemerintah yang sah. Dari kelompok-kelompok tersebut kami mantan napiter belajar bagaimana sistem doktrinasi sampai perakitan senjata api walaupun dengan menggunakan mesin bubut. Setelah kami menjadi warga binaan dan lepas kembali ke masyarakat, stigma negatif masih tetap melekat bahkan bahkan beberapa diantara kami sulit untuk mendapat tempat di hati masyarakat. Namun, belakangan kami sudah mulai diterima masyarakat bahkan bekerja sama dengan kepolisian turut menekan paham radikalisme yang terus tumbuh,” kata dia.

Sekretaris Komisi A, Irna Setyowati menyatakan peran serta masyarakat memang kunci utama, pemerintah provinsi Jateng juga turut andil dalam membuat program-program bertema wawasan kebangsaan. Harapannya program Jogo Tonggo nantinya juga bisa memberikan dukungan dalam kegiatan menangani paham radikal di tengah masyarakat.
“Radikalisme dengan berujung aksi teror adalah hal yang sangat mengkhawatirkan bila tidak tertangani sampai lingkup terkecil. Paham radikalisme saat ini sangat mudah mendapat simpatisan karena teknologi informasi hampir bisa diakses semua kalangan,” jelas politikus F PDI P itu.

Kombes Pol Lafri Prasetyono juga mengatakan peran serta masyarakat sangatlah penting dalam meminimalisasi penyebaran radikalisme di tengah masyarakat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya paham tersebut seperti ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah.
“Kepolisian melalui Bina Masyarakat (Binmas) mengadakan berbagai program masyarakat lebih peduli lingkungan sekitar seperti kegiatan usaha kreatif melalui UMKM. Kami juga berharap, program Kampung Siaga Covid nantinya bisa berkembang menjadi Kampung Siaga Terorisme & Narkoba karena titik awal penanganan ada di masyarakat tingkat RT & RW,” jelas dia.

Senada, Ketua FKPT Jateng, Syamsul Ma’arif lebih menekan pengawasan media informasi harus lebih diketatkan, karena penyebaran paham tersebut sangat bisa diakses dan dicerna generasi saat bila tidak ada kesadaran cinta tanah air.
“Generasi milenial saat ini sangat mudah terpapar paham radikalisme melalui berbagai kanal media informasi yang bisa diakses dimana saja dan kapan saja,” tambah dia.(tyo/priyanto)