KUNJUNGI OBJEK WISATA : Sekretaris Komisi B M Ngainirrichadl mengunjungi objek wisata di Kecamatan Bener, Purworejo.(foto: rahmawati)
PURWOREJO – Kabupaten Purworejo memiliki sejumlah objek wisata alam yang eksotis. Berada di wilayah selatan Jateng, Purworejo perlu mengelola objek wisata alamnya supaya menjadi destinasi pariwisata unggulan.

Hal ini diungkapkan Sekretaris Komisi B DPRD Jateng Muhammad Ngainirrichadl di sela-sela mengunjungi sejumlah tempat wisata di Purworejo, Minggu (26/7/2020).
“Perlu sentuhan yang serius dari pemerintah dan dukungan penuh dari masyarakat untuk mengangkat pariwisata di Purworejo,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, dia mengunjungi sebuah objek wisata yang masih dikelola secara mandiri oleh masyarakat setempat menggunakan dana desa. Bernama Manggul Joyo ada di Desa Cacaban Kidul, Kecamatan Bener. Secara keseluruhan, terutama infrastruktur belum mendukung secara penuh. Pihak pemerintah desa pun belum membuka objek itu.
“Destinasi ini menawarkan konsep kembali ke alam. Sangat elok dikunjungi saat matahari terbenam. Suasana alam yang masih segar cocok untuk warga yang ingin mencari suasana yang sejuk, nyaman dan asri. Penggarapannya harus serius kalau mau mengangkat objek ini serta untuk pemberdayaan masyarakat,” ucapnya.
Kepala Desa Cacaban Kidul, Nur Hasyim saat mendampingi Ngainirrichadl mengaku sampai dengan sekarang ini belum ada target khusus. Pemerintah desa hanya sebatas mengelola objek Manggul Joyo semata, belum berpikiran ke depan akan menjadi seperti apa.

Penegasan serupa dilontarkan salah satu warga setempat Budiono. Tempat wisata yang dirintis sejak 2017 dengan menggunakan dana desa ini sebenarnya belum diluncurkan karena belum sempurna. Sejauh ini sudah banyak pengunjung yang datang untuk menyaksikan matahari terbenam dari atas bukit. Sesuai rencananya tempat wisata ini akan dibuka secara resmi pada Agustus 2020 nanti.
Untuk bisa mencapai puncak serta memperoleh keindahan alam luar biasa ini, pengunjung bisa menggunakan ojek atau berjalan kaki sejauh 2 km.
Tentu saja penjelasan warga tersebut tidak memuaskan Ngainirrichadl. Tanpa konsep dan hanya sebatas memenuhi rasa penasaran semata, objek tersebut kata Richadl-sapaan akrabnya, hanya menjadi objek selintas saja tanpa benar-benar membekas pada benak pengunjung.
“Sekiranya ini bisa dijadikan desa wisata yang benar-benar menjadi ikon Purworejo. Saya memberikan masukan yang pertama, adakan event untuk lomba fotografi dengan mengambil sunset dari berbagai sudut. Dengan begitu ketika di unggah di media sosial bisa menjadi daya tarik tersendiri. Bisa juga saat haul besar Mbah Joyo bisa menjadi event tahunan yang bisa menyedot wisatawan. atau bisa juga didirikan kafe yang menawarkan sunset dengan menikmati kopi khas Purworejo,” tambahnya.

Masih di Kecamatan Bener, setelah satu jam menikmati objek Manggul Joyo, Richadl juga menyempatkan diri mengunjungi pengrajin kursi bambu di Desa Kalijambe. Dalam kesempatan itu dia bersama koleganya di DPRD Jateng Hj Peni Dyah Perwitosari.
Kerajinan kursi dari bambu ini menjadi khas karena yang digunakan adalah bambu tutul serta bambu wulung yang hanya ada di Purworejo.
Pak warno salah satu pengrajin mengeluhkan tentang omzet di masa pandemik Covid-19. “Biasanya dalam sebulan kami bisa menproduksi 4 sampai 6 set kursi bambu dengan dibantu oleh tenaga dua orang, tetapi di maasa pandemic ini, kami benar-benar berhenti membuat kursi bambu karena pembeli sepi,” kata Warno turut menyebut satu set kursi bambu seharga Rp.800.000-Rp.1.000.000.
Peni serta richadl sama sama memberikan support kepada pengrajin untuk tetap berkarya, di masa sulit seperti ini.
“Kami yakin ke depan kursi bambu akan ramai peminat,” kata Peni mengakhiri kunjungannya.(evi/priyanto)