PANEN AIR. Ngainirrichadl saat menjadi pembicara dalam Prime Topic: Ayo Panen Air di Hotel Noormans Kota Semarang, Rabu (17/7/2019). (foto fajarsari christiawan)
SEMARANG – Dialog bersama Parlemen ‘Prime Topic’ kini mengambil tema ‘Ayo Panen Air’. Sebagai pembicara utama, Anggota Komisi D DPRD Jateng Ngainirrichadl mengatakan setidaknya selama masa kekeringan ini ada 30 kabupaten/ kota yang terdampak kekeringan.
Ia mengatakan persoalan itu merupakan masalah rutin tahunan yang selalu dihadapi Provinsi Jateng. Data yang dimilikinya menyebutkan, pada 2018 ada 112 kecamatan di Jateng yang kena dampak kekeringan dan pada tahun ini ada 267 kecamatan.
Dari angka itu, kata dia, ada peningkatan dampak kekeringan yang perlu ditangani. Dalam hal ini, ia berharap solusinya jangan hanya mengirim bantuan air bersih karena itu hanya merupakan rencana jangka pendek.
Menurut dia perlu adanya perencanaan dengan cara fasilitasi dari pemerintah berupa embung atau tempat penampungan air. Hal itu perlu diprioritaskan di daerah-daerah terdampak kekeringan.
“Anggarannya tidak hanya dari pemerintah tapi bisa juga dari CSR perusahaan,” kata Politikus PPP itu, Rabu (17/7/2019), di Hotel Noormans Kota Semarang.

Sementara, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang (Pusdataru) Jateng SR. Eko Yunanto menjelaskan di provinsi ini ada 29 kabupaten dan 6 kota dengan luas 32 ribuan kilometer. Secara hidrologis di ribuan kilometer itu, dari 10 wilayah sungai yang ada di provinsi, sebanyak 202 merupakan aliran sungai. Dari 10 wilayah sungai tersebut, ada 6 wilayah yang merupakan kewenangan pusat dan 4 lintas provinsi.
“Dalam pengelolaannya, ada 3 hal yang perlu dilakukan yakni konservasi, mendayagunakan SDA, dan mengusahakan air,” kata Eko.
Menanggapi soal masa kekeringan, Imam Wahyudi selaku Ketua Program Doktor Teknik Sipil dan Kepala Puslit Delta Center on Climate Change Unissula Semarang mengatakan di provinsi ini memang ada blue area atau daerah penghasil air. Untuk memperoleh air di daerah itu, masyarakat bersama pemerintah tetap harus memperhatikan green area atau daerah hijau karena memiliki penampungan air yang baik.
“Oleh karena itu, untuk mewujudkan blue area di sejumlah daerah yang selalu terdampak kekeringan, maka green area atau DAS (daerah aliram sungai) atau banyak pepohonan harus bisa diciptakan,” jelas Imam.
Ia mengakui selama ini langkah pemerintah dalam penanganan kekeringan berupa pembangunan waduk/ embung, biopori, sumur resapan, dan lainnya. Namun, keterlibatan masyarakat sangat dibutuhkan agar bersama-sama menciptakan blue area.
“Apa yang harus dilakukan ya kita harus bisa menampung air di sejumlah tempat-tempat penampungan air sehingga saat memasuki masa kekeringan kita bisa memanen airnya,” sarannya. (ariel/priyanto)