SOAL PEMILU. Mohammad Saleh dalam acara podcast dengan tema ‘Pemilu Aman & Damai’ di Ruang Rapim, Lantai 1 Gedung Berlian, Jalan Pahlawan Nomor 7 Kota Semarang, Senin (29/1/2024). (foto priyanto)
GEDUNG BERLIAN – Menyambut pesta demokrasi pada 14 Februari mendatang, DPRD Provinsi Jateng menilai sosialisasi kepada masyarakat perlu terus ditingkatkan. Terutama, pemilih pemula yang jumlahnya sangat besar.
Demikian disampaikan Mohammad Saleh selaku Ketua Komisi A DPRD Provinsi Jateng dalam acara podcast dengan tema ‘Pemilu Aman & Damai’ di Ruang Rapim, Lantai 1 Gedung Berlian, Jalan Pahlawan Nomor 7 Kota Semarang, Senin (29/1/2024). Dalam acara itu juga menghadirkan akademisi dari Undip Teguh Yuwono dan Wahyudi Sutrisno selaku Anggota Bawaslu Jateng.
Pada kesempatan itu, Saleh juga mengatakan pemilih pemula kini sangat memahami persoalan pilpres. Hal tersebut dapat dilihat dari ‘ramainya’ media sosial (medsos) yang selalu menjadi perhatian kaum muda.

“Dari situ kita bisa lihat bahwa kaum muda dalam pemilu kali ini lebih concern. Terlepas dari ramainya pilpres, kaum muda mampu memberikan pemikirannya atas Pemilu 2024,” ujarnya.
Soal pemilu legislatif (pileg), ia mengakui isunya kalah dengan penyelenggaraan pilpres, terlebih di kalangan kaum muda. Kondisi itu dialaminya sendiri saat terjun ke daerah pemilihan (dapil) dimana masyarakat lebih ‘akrab’ dengan persoalan pilpres ketimbang pileg.
“Memang, masyarakat lebih suka membicarakan capres ketimbang caleg. Meski begitu, cara pandang masyarakat terhadap caleg juga semakin berkembang. Masyarakat lebih meminta caleg datang dan menemui masyarakat ketimbang hanya melihat foto atau gambar calegnya. Untuk itu, masyarakat perlu terus mendapatkan edukasi politik menjelang pemilu ini,” kata Saleh.
Dari sisi penyelenggara, ia berharap persoalan data pemilih harus diperhatikan serius, terutama data pemilih pemula. Karena, pemilih pemula yang notabene sebagian besar kaum muda belum memahami proses agar terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT).
“Selain update data DPT untuk menghindari data dobel, data pemilih pemula juga harus diperhatikan serius,” tegasnya.

Sementara, Teguh Yuwono juga mengakui pemilih pemula yang sebagian besar kaum muda semakin peduli terhadap pemilu. Kondisi itu dapat dilihatnya dalam kegiatan mahasiswa yang sering membawa bahasan pemilu dalam diskusi atau perbincangan lainnya.
“Saya melihat, karena saya ada di Fisip (Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Pemerintahan), banyak mahasiswa yang membahas dan membawanya dalam diskusi. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak muda sekarang lebih peduli terhadap pemilu. Dampaknya nanti, partisipasi mereka saat pencoblosan bisa ikut terdongkrak,” kata Teguh.

Senada, Wahyudi juga mengatakan pemilih pemula mampu menentukan tinggi rendahnya tingkat partisipasi pemilu. Untuk itu, ia berharap kaum muda ikut berperan aktif dalam proses pemilu, salah satunya pengawasan.
“Pengawasan pemilu oleh kaum muda itu bisa dilakukan dengan mengawasi medsos. Dengan memperhatikan isu-isu pemilu di medsos, maka kualitas pemilu sendiri semakin terintegritas,” kata bawaslu. (anif/ariel)