HASIL KERAJINAN : Sejumlah anggota Komisi B memperlihatkan hasil kerajinan anyaman mendong.(Foto: Ervan Ramayudha)
MUNGKID – Para pengrajin anyaman mendong atau dalam bahasa latin fimbristylis umbellaris di Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang berharap ada perhatian dari Pemprov Jateng. Selama ini hasil aneka anyaman mendong seperti caping, topi, vas, serta tas bisa diekspor ke mancanegara justru dari peran Pemprov DI Yogyakarta.

Masalah ini mengemuka dalam pertemuan Komisi B DPRD Jateng dengan pengrajin serta Kepala Desa Sumberejo Subadi di kediaman salah satu pengrajin, Sri Juhana, Rabu (17/6/2020). Dalam kesempatan itu, bertindak pimpinan rombongan Dewan adalah M Ngainirichadl.
“Hasil anyaman ini bisa ke Italia, Belanda, Taiwan, serta Jerman justru atas dorongan Pemprov DIY. Hasil anyaman ini kami kirim ke Jogja untuk proses penyelesaian. Barulah diekspor ke mancanegara,” tutur Sri.

Ekspor itu sudah berjalan lebih kurang tujuh tahun sejak 2013. Mengenai harga bervariatif. Tergantung bentuk sampai pada tingkat kerumitan anyaman. Untuk topi saja dibanderol dari harga Rp 30 ribu sampai 50 ribu. Demikian juga dengan harga tas ada sampai kisaran Rp 300 ribu.
Rata-rata para pengrajin anyaman mendong dari Desa Sumberejo ini merupakan warisan. Ilmu menganyam mendong atau sejenis rerumputan didapatkan didapatkan secara turun temurun dari orang tua. Hampir seluruh warga Desa Sumberejo memiliki mata pencaharian sebagai pengrajin anyaman mendong, kebanyakan membuat tikar.
Ngainirichadl akan meminta Pemprov Jateng bisa memperhatikan keberadaan mereka. Potensi besar ini patut diberdayakan lagi, terlebih yang melakukan Pemprov Jateng.
“Dari paparan para pengrajin, kok Pemprov DIY yang membeli hasil anyaman mereka. Masalah ini akan kami diskusikan dengan instansi terkait,” ucap politikus PPP.(ervan/priyanto)