DISKUSI WAYANG : Anggota Komisi A Soenarno mendikusikan wayang bersama sejumlah narasumber di Padepoka Sasana Wiyata, Desa Danurejan, Mertoyudan.(foto: Azhar alhadu)
MUNGKID – Pakeliran lakon “Wahyu Mahkotarama” dibabarkan. Meski tak sampai utuh, namun isi perihal lelaku hidup itu dapat diuraikan secara singkat dan padat oleh Ki Jumbuh Siswanto. Dalang dari Pakis, Kabupaten Magelang itu sedang sanggit wayang di Padepokan Sasana Wiyata, Desa Danurejan, Kecamatan Mertoyudan, guna acara ‘Dialog Parlemen-Media Tradisional: Nguri-uri Kebudayaan Daerah Khas Magelang,’ Sabtu (22/1/2022).

Dalam acara itu sebelumnya dilakukan dialog mengenai pewayangan dengan narasumber anggota DPRD Jateng Soenarno, Teguh Biyantoro (budayawan), dan Ki Jumbuh Siswanto. Dengan moderator Wiyoto, pertanyaan sederhana mengenai apa wayang itu, serta konsep yang bagaimana supaya wayang dapat diterima kalangan muda, apa yang harus dilakukan untuk menjaga warisan adiluhung ini.
Teguh Biyantoro dalam paparannya mengungkapkan, eksistensi wayang tak perlu diragukan lagi. Dunia pun melalui lembaga PBB yakni Unesco telah memutuskan wayang sebagai hasil budaya yang melegenda. Pemerintah RI akhirnya menetapkan 7 November sebagai Hari Wayang Nasional. Lakon serta tokoh memiliki sarat filosofi dalam kehidupan baik bermasyarakat maupun bernegara. Lakon “Wahyu Mahkutarama” salah satu contohnya. Peran pemerintah untuk melestarikan sangat besar. Guna mengenalkan wayang kepada kalangan muda sebenarnya bisa dilakukan dengan gencarnya mengadakan pertunjukkan-pertunjukkan meski dengan skala kecil. Pembibitan dalam hal pedalangan pun menjadi salah satu solusi supaya kalangan milenial tak melupakan wayang.

Ki Jumbuh Siswanto pun sebagai praktisi melontarkan ide bahwa pelaku pewayangan perlu meng-upgrate pementasan supaya pakeliran menjadi menarik. Lakon yang biasanya disajikan semalam suntuk bisa menjadi satu atau dua jam. Kreasi dan inovasi para dalang menjadi kunci keberhasilan mengenalkan wayang bagi anak muda. Selanjutnya Soenarno menyatakan, DPRD pun turut memiliki andil besar supaya wayang bisa dikenalkan kepada publik.
Ia pun meminta kepada pemerintah terutama Dinas Pendidikan Kebudayaan maupun Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata supaya pewayangan bisa menjadi salah satu target unggulan. Di Dinas Pendidikan pun, perlu upaya edukasi supaya wayang tetap eksis dikenal oleh siswa mulai SD sampai SMA. Demikian juga di Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata, wayang bisa menjadi daya tarik pariwisata. Proses pewayangan tidak hanya saat pekeliran, namun saat pembuatannya pun mulai dari menggambar, menatah, sampai pengecatan wayang bisa menjadi objek wisata.(anif/priyanto)