TRADISI DAERAH. Kuda Ebeg khas Pemalang dalam rangkaian kegiatan Dialog Metra DPRD Provinsi Jateng di Halaman Balai Desa Gunungsari Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang, baru-baru ini. (foto jos hos)
PEMALANG – Kreativitas tanpa batas merupakan tonggak harapan agar kesenian tradisional dapat bertahan menghadapi tantangan zaman sekarang ini. Hal itu mengemuka dalam acara ‘Dialog Media Tradisional (Dialog Metra) DPRD Provinsi Jateng’ dengan tema ‘Nguri-uri Kesenian Kuda Ebeg & Seni Tradisi Gunungsari’ di Halaman Balai Desa Gunungsari Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang, baru-baru ini.

Melihat tingginya animo Warga Gunungsari terhadap kesenian tradisional pasca pandemi, Anggota Komisi D DPRD Provinsi Jateng Iskandar Zulkarnain mengaku optimis kesenian tersebut mampu bertahan menghadapi perubahan zaman melalui cara-cara yang kreatif. Hal itu mengingat Desa Gunungsari terletak di lereng Gunung Slamet, yang bisa dimanfaatkan potensi-potensinya agar menarik lebih banyak lagi minat masyarakat atau wisatawan terhadap budaya dan kesenian tradisional.
“Sebagai contoh yang sudah dilakukan oleh Bali dan Jogja,” ujar Iskandar.

Mendengar hal itu, Ki Rasman selaku Budayawan mengaku sependapat dengan hal tersebut. Menurut dia sudah menjadi kewajiban untuk terus melestarikan warisan budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang. Ia juga berharap semakin banyak dorongan dari pemerintah terhadap budaya dan kesenian tradisional agar tujuan ‘nguri-uri’ dapat tercapai.
“Saya sebagai orang tua siap menguri-uri kebudayaan yang ada di Gunungsari. Akan tetapi, kami sangat berharap dorongan pemerintah di setiap prosesnya,” pinta Rasman. (jos/ariel)
