JADI PEMBICARA: Sekretaris Komisi E Sri Ruwiyati menjadi pembicara dalam media tradisional di Banjarnegara.(foto: tri dwinugrahini)
BANJARNEGARA – Acara ruwatan yang kerap digelar masyarakat di Jawa Tengah merupakan bagian dari rasa syukur kepada Tuhan YME. Seperti saat acara “Nguri-uri Kebudayaan: Ruwat Bumi” di komplek eks Terminal Gandenga, Desa Tunggara, Kecamatan Sigaluh, Banjarnegara, Kamis (11/8/2022).

Menjadi bagian dari Festival Sigaluh selama dua hari sejak 9 Agustus, ruwat bumi merupakan puncak acara dengan sebelumnya dikenal aneka kesenian dan pementasan wayang kulit.
Sri Ruwiyati selaku Sekretaris Komisi E DPRD Prov Jateng mengatakan, kegiatan Ruwat Bumi sebagai wujud rasa syukur seluruh warga atas limpahan rezeki yang diberikan oleh Allah SWT. Permohonan doa agar segala hal buruk dijauhkan dari desa ini dan berharap agar masyarakat desa dapat hidup makmur, damai, aman, dan tenteram.

Selanjutnya Kepala Desa Tunggara Tunggul Tri Warsono menjelaskan ruwat bumi desa memiliki nilai-nilai luhur yang bisa diturunkan kepada anak cucu. Setiap ruwatan digelar selalu menggunakan symbol gunung dengan maksud sebagai bumi yang selalu memberikan segalanya kepada petani. Mengambil air dari mata air yang terpencar di 12 lokasi. Selanjutnya masyarakat desa setempat turut membawa aneka penganan yang kemudian diarak berkeliling kampung. Semua itu, lanjut dia, sebagai kegiatan yang menjadi keunggulan dan perlambang wujud syukur kepada Sang Pencipta.

Camat Sigaluh Izak Danial Aloys nguri-uri budaya bersama para pegiat seni berdasarkan riset dan kajian para pakar. Kabupaten Banjarnegara ingin mengajak kepada masyarakat untuk terus melestarikan kebudayaan yang luhur, selanjutnya bisa dikembangkan.
“Filosofi mata air untuk harus dirawat, bumi harus dirawat, dijaga kebeesihannya, kearifan yang harus ditanamkan kepada masyarakat sehingga akan membawa manfaat. Diharapkan kegiatan budaya ini agar dibuat event festival tahunan,” kata dia.(anif/priyanto)