KUDA LUMPING: Sejumlah penari tengah memainkan kuda lumping di Lapangan Desa Rembul di Desa Bojong, Kabupaten Tegal. (foto: setyo herlambang)
SLAWI – Gelaran kesenian kuda lumping menarik minat masyarakat sekitar Desa Rembul. Apalagi dengan kepiawaian para penari muda dalam mengayun serta olah tari kuda lumping semakin membuat acara semakin menarik.

Masyarakat telah membanjiri lapangan di Balai Desa Rembul, Kecamatan Bojong, Minggu (13/11/2022), dalam acara Dialog Parlemen Media Tradisional Nguri-uri Kebudayaan Jawa. Dalam pementasan itu dihadiri anggota DPRD Jateng MG Marhaenis Manto, tokoh masyarakat Lestari dan pelaku seni kuda lumping Khomisah.

MG Marhaenis Manto atau lebih akrab disapa Mas Oni mengatakan, kesenian kuda lumping khas Kabupaten Tegal harus tetap dipertahankan. Di tengah gempuran budaya asing yang terus masuk. Adanya kegiatan media tradisional dengan menggandeng seniman lokal, bisa menjadi pemicu kelompok kesenian lainnya untuk menampilkan tarian kuda lumping dengan ciri khas masing-masing.
“Seni kuda lumping sudah menjadi bagian dari ciri khas hiburan masyarakat Kabupaten Tegal yang murah meriah. Selain unsur budaya yang sangat kental. Adanya pemuda generasi milenial ikut melestarikan kesenian kuda lumping jadi dorongan agar tidak terlalu terseret arus gempuran budaya asing karena derasnya arus informasi yang sangat mudah diakses melalui gawai,” jelas legislator PDI P.

Lestari menyebutkan, kesenian kuda lumping di Kabupaten Tegal tersebar di 18 kecamatan. Masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Adanya dukungan dari pemerintah kabupaten dan provinsi diharapkan bisa meningkatkan pelaku Seni kuda lumping bisa berkreasi lebih baik.
Pelaku kesenian, Khomisah mengakui kesulitan untuk menggerakkan generasi muda supaya bisa ikut melestarikan kebudayaan lokal khas Kabupaten Tegal. Perlu upaya ekstra agar ikut terjun terlibat pertunjukan seni kuda lumping, walaupun belum ada kreasi khusus namun ketertarikan mulai tumbuh. “Perlu waktu yang cukup lama, dari bulanan hingga tahunan mengenalkan seni kuda lumping ke generasi muda. Ketertarikan mereka karena banyak beberapa anak muda di kabupaten kota lain menekuni kebudayaan lokal dan membuat mereka penasaran hingga akhirnya ikut terlibat dalam setiap pementasan. Walaupun dengan keterbatasan alat, kami terus berupaya menjaga tradisi budaya lokal kami tetap terjaga,” imbuhnya.(tyo/priyanto)