DIALOG KESENIAN: Anggota Komisi D Nurul Furqon beserta narasumber lain berdialog soal kesenian hadrah dalam acara Media Tradisional.(foto: dewi sekarsari)
DEMAK – Sebagai daerah yang pernah menjadi pusat penyebaran Islam di Pulau Jawa, Demak turut memiliki khazanah di kesenian. Sekarang ini kesenian hadrah begitu menjamur di tiap desa. Bahkan kelompok-kelompok kesenian hadrah itu kerap tampil disejumlah kegiatan keagamaan maupun hari-hari besar lainnya. Biasanya hadrah diiringi tarian zipin, sebuah tarian asal Timur Tengah yang sekarang sudah mengalami pencampuran kreasi dengan lokal.

Pada Sabtu (3/9/2022), hadrah dan tari Zipin dipentaskan dalam acara Media Tradisional DPRD Jateng di Desa Harjowinangun, Kecamatan Dempet. Anggota DPRD Nurul Furqon menjadi narasumber pada acara itu, bersama Siswanto-Kepala Desa setempat dan Fahri sebagai pelaku seni.
Dalam pementasannya, hadrah diisi dengan lagu-lagu kasidah dengan diiringi rebana bersimbal sambil ditarikan. Tari zipin pun turut menyemarakkan pementasan hadrah.
Bagi Nurul Furqon, Demak bisa terbilang gudangnya hadrah. Bahkan ada satu desa memiliki lebih dari satu kelompok hadrah. Dengan menggeliatnya kesenian sekarang ini, tentunya dia sangat mengapresiasi. Hanya saja yang perlu ditekankan adalah kewaspadaan dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan, mengingat Covid-19 belum menjadi endemi.
“Sekarang anak-anak muda sangat menyukai kesenian. Tidak saja hadrah, semua kesenian tradisional sudah mulai diminati anak muda. Kapan-kapan kami akan mengadakan festival Hadrah untuk anak muda. Beberapa waktu lalu saya juga mengadakan festival hadrah tingkat kabupaten,” ucapnya.

Dengan kerap digelar festival, Nurul yakin kalangan muda tidak akan meninggalkan kesenian tradisional. Kegiatan festival menjadi salah satu bagian untuk melestarikan kesenian itu.
“Kami dukung. Makanya kesenian ini harus kita uri-uri. Kita support. Anak-anak kita kenalkan sehingga mereka tidak hanya main gadget saja,”ungkpnya.
Selanjutnya Rusdi selaku Kades Harjowinangun menyebutkan, di wilayahnya ada dua pondok pesantren kesemuanya memiliki kelompok kesenian hadrah. Dengan telah dibukanya kegiatan kemasyarakatan, ia mengaku senang.
“Jadi event seperti ini sangat-sangat dinanti oleh masyarakat. Kami sangat senang dan sangat menunggu. Terbukti ini banyak sekali masyarakat yang dating,” ucapnya.
Fahri selaku pelaku seni hadrah kontemporer mengaku pementasan kesenian sudah ditunggu-tunggu masyarakat. Hanya saja yang patut diketahui kesenian hadrah terbagi menjadi dua jenis. Satu jenis ritual dan satu lagi untuk hiburan. Hadrah untuk ritual biasanya saat kegiatan keagamaan di masjid-masjid atau pengajian. Sementara untuk hiburan biasanya ada di pernikahan.
“Saya sudah 20 tahun menjadi pelaku seni. Jadi sudah sejak kecil. Karena lingkungan. Jadi hampir tiap hari mendengar dan melihat. Grup saya ini adalah kumpulan anak-anak MA. Kami sudah punya dua album. Dan ini sedang proses penggarapan album baru. Saya sangat berterima kasih kepada Pak Nurul Furqon karena saya sangat sering diajak beliau untuk tampil. Diberi tempat,” ungkapnya.(cahyo/priyanto)