DIALOG BUDAYA. Sri Marnyuni dalam acara ‘Dialog Media Tradisional (Metra)’ bertema ‘Nguri-uri Kesenian Tradisional Khas Kabupaten Klaten’ di Pendopo Soeboer Trunuh Sraten Klaten Selatan pada Sabtu (4/6/2022) malam. (foto antonius george raynaldy eka bayu prakasa)
KLATEN – Saat ini, terdapat 14 Sanggar Budaya yang telah terdaftar secara legal di Disbudparpora Kabupaten Klaten. Dari sejumlah sanggar itu, mayoritas anggotanya adalah kaum muda.
Dalam hal ini, disbudpora terus melakukan upaya dalam pengelolaan dan pembinaan kebudayaan di Kabupaten Klaten. Salah satunya dengan mengadakan pagelaran wayang kulit berkolaborasi dengan Dewan Kesenian dan pelaku seni di Kabupaten Klaten.

“Memang, kami akui pandemi Covid-19 selama kurang lebih 2 tahun belakangan membuat kesenian di Klaten lesu. Akan tetapi, tidak menurunkan semangat kami dalam upaya nguri-uri kebudayaan. Kami terus berupaya melakukan pengelolaan dan pembinaan,” ujar Widiowati selaku Kabid kebudayaan Disbudparpora Kabupaten Klaten.
Pernyataan itu disampaikannya dalam acara ‘Dialog Media Tradisional (Metra)’ bertema ‘Nguri-uri Kesenian Tradisional Khas Kabupaten Klaten’ di Pendopo Soeboer Trunuh Sraten Klaten Selatan pada Sabtu (4/6/2022) malam. Dialog itu menghadirkan Sri Marnyuni, Wakil Ketua Komisi B DPRD Provinsi Jateng, sebagai narasumber utama dan Warsono selaku pelaku dan pembina seni setempat. Dalam rangkaian acara tersebut juga menampilkan pagelaran wayang kulit.

Senada dengan pernyataan Widiowati, Warsono juga mengaku tidak berhenti dalam proses pelestarian budaya. Perekrutan kaum muda masih berjalan sampai saat ini.
“Kami memiliki kegiatan rutin pagelaran kesenian tradisional. Itu semata niat kami dalam menghidupkan sekaligus mempromosikan kesenian-kesenian tradisional. Dengan demikian, harapan kami, generasi muda melihat kemudian menaruh minat untuk belajar mendalami kesenian tradisionalnya,” harap Warsono.

Mendengar hal itu, Sri Marnyuni mengaku sangat apresiatif dengan upaya yang dilakukan dinas terkait dan pelaku/ pemerhati kesenian selama ini. Ia juga mengakui kesenian tradisional merupakan salah satu aset daerah yang harus terus dilestarikan dan sudah sepantasnya pemerintah bersama masyarakat memperkenalkan kembali kebudayaan/ kesenian tradisional kepada kaum muda.
Ia menilai peran kaum muda sangat dibutuhkan karena selama ini mereka seolah terlenakan dengan adanya gadget dan teknologi yang terus berkembang. Dicontohkannya, kesenian tradisional wayang dan tembang jawa (macapat) mulai terlupakan dan tergerus oleh arus zaman.

“Wayang dan tembang-tembang Jawa adalah bagian kesenian yang menyampaikan pesan kehidupan yang baik, pesan moral yang baik, sekaligus mengajarkan mengenai norma-norma kesopanan. Sudah sepantasnya generasi milenial dikenalkan atau mengenal, bahkan menjaga melestarikan kebudayaan dan kesenian tradisionalnya,” ujar Politikus PAN itu.
Ia berharap ada kolaborasi antara pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, dinas terkait, pelaku seni, dan masyarakat untuk terus berupaya mempromosikan kesenian/ kebudayaan tradisional. Sehingga, nantinya akan muncul program-program yang dapat membantu dalam proses pelestarian kebudayaan tradisional. (anif/ariel)