Hilmi Rivai dan Abdul Azis
CIREBON – Memasuki musim hujan ini, setiap daerah khususnya rawan bencana banjir dan tanah longsor perlu mewaspadainya. Dalam hal ini, Komisi E DPRD Provinsi Jateng menilai perlu adanya kerjasama antar daerah dalam penanganan bencana tersebut.

Seperti saat Komisi E berdiskusi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, Senin (9/11/2020), yang menyoal tanggap darurat bencana antar Cirebon Jabar dan Brebes Jateng. Pada kesempatan itu, Ketua Komisi E DPRD Provinsi Jateng Abdul Hamid didampingi Wakil Ketua Komisi E, Abdul Azis, bersama para anggotanya ingin memahami persoalan tindak lanjut penanganan tanggap bencana di 2 daerah tersebut.
“Perbatasan memang menjadi salah satu kunci. Secara administratif, bagaiman nanti kondisi persiapan penanganan kebencanaan ini bisa dijalankan secara kebersamaan melalui MoU (Memorandum of Understanding)/ Nota Kesepahaman atau perjanjian kerjasama. Terlebih lagi, kita punya target yaitu semangat sampai ke tingkatan relawan, tidak hanya campur tangan pemerintah, tapi bagaimana masyarakat bisa tergugah jika Cirebon kena bencana, Brebes bisa membantu, dan begitu juga sebaliknya. Kita bisa mengkaji ulang dan mengevaluasi bersama untuk kebersamaan ini,” kata Politikus PKB itu.
Sementara, Abdul Azis berharap dalam pertemuan ini nantinya ada titik temu kerjasama atau semacamnya. Tujuannya untuk kemanfaatan kedua wilayah yang berbatasan.

Menanggapi hal itu, Asisten I Setda Kabupaten Cirebon Hilmi Rivai mengaku sangat mendukung adanya pola kerjasama dalam penanganan bencana di 2 wilayah. Ia berharap, dengan adanya kerjasama nantinya, ada upaya sharing program tanggap bencana yang bermanfaat bagi masyarakat di 2 wilayah tersebut.
“Kami sangat berterimakasih atas kedatangan Komisi E DPRD Provinsi Jateng untuk sharing profit dan sharing program dalam rangka kerjasama dua propinsi. Yang saat ini kita hadapi adalah angin La Lina yang banyak terjadi di Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Brebes. Kami berharap pertemuan ini memiliki nilai manfaat, ada oleh-oleh pemikiran, discovery yang bisa kita bahas bersama antara kedua wilayah yang berbatasan. Perlu ada intensitas antara Cirebon dan Brebes untuk pembahasan hal ini,“ kata Hilmi.
Kepala BPBD Kabupaten Cirebon Alex Suheriyawan juga ikut menjelaskan tentang tanggap bencana yang ada di Kabupaten Cirebon. Dikatakan, selama kondisi pandemi Covis-19 ini, ada pola Tanggap Covid 19 yakni Terpusat, Terfokus, dan Tersebar.
“Maksudnya yaitu Terpusat di dinas terkait, Terfokus membentuk Gugus Tugas yang melakukan pendampingan di berbagai sektor seperti sektor pabrik, sektor pariwisata, dan lain lain. Kemudian, Tersebar yakni Satuan Gugus Tugas kami sudah mencapai di masing-masing desa dan kelurahan serta kecamatan sehingga masalah Corona ini bisa segera teratasi dengan cepat,” kata Alex.
Soal bencana banjir yang sering terjadi di 2 wilayah berbeda ini, lanjut dia, sebagian besar merupakan banjir kiriman dari Kuningan yang muara terakhirnya ada di Kabupaten Brebes. Dan yang kedua merupakan luapan air rob.
“Dalam hal ini, kita mengajukan beberapa program berjangka. Jangka panjangnya adalah kita membuat waduk untuk penampungan air yang nantinya bisa kita gunakan debit airnya ketika terjadi masa kekeringan dan jangka menengahnya adalah normalisasi sungai yang bisa dikerjasamakan dengan Kabupaten Brebes Provinsi Jateng. Kemudian, jangka pendeknya adalah membuat klep-klep dengan kearifan lokalnya berupa Bumbum,” paparnya. (evi/ariel)