DISKUSI : Pimpinan rombongan Komisi D Wahyudin Nor Aly berdiskusi dengan jajaran DLH Kota Cirebon.(foto: teguh prasetyo)
CIREBON – Sebagai daerah penyangga, Kota Cirebon menghadapi masalah persampahan. Namun demikian masifnya upaya edukasi dari Pemkot Cirebon dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup (DLH) untuk memilah dan mengolah sampah menjadikan permasalahan sampah bisa terkurangi. Pun dengan ruang terbuka hijau (RTH), Pemkot Cirebon berupaya supaya persentase luasan kawasan itu bertambah mengingat keterbatasan ruang wilayah kota.

Kepada Komisi D DPRD Jateng, Sekretaris DLH Kota Cirebon Vina Amalia menjelaskan, pihaknya mengakui sebagai wilayah administrasi kota, Kota Cirebon menjadi tujuan aktivitas warga daerah sekitar seperti Kuningan, Indramayu, Majalengka, dan Kabupaten Cirebon. Otomatis produksi sampah pun turut bertambah. Dalam sehari, volume sampah yang dihasilkan untuk dibuang ke TPA Kopiluhur mencapai 300-500 ton per hari.
“Jadi ada dua kebijakan yang kami lakukan soal menangani sampai yakni pengolahan dan pengelolaan. Pengolahan focus pada sampah di TPA Kopiluhur, sedang pengelolaan berupa edukasi kepada masyarakat sampai pada pola pembuangan sampai ke TPA,” kata Vina yang menjawab pertanyaan pimpinan rombongan Komisi D Wahyudin Nor Aly perihal tujuan kunjungan kerja ke Kota Cirebon tentang pengolahan sampah dan RTH, Kamis (19/10/2023).

Di TPA Kopiluhur pengolahan sampah terbantukan dengan adanya bantuan dari Kementerian LHK untuk proses daur ulang. Dengan adanya PDU Sampah bantuan KLHK itu, diharapkan masyarakat bisa teredukasi untuk memilah sampah sejak dari rumah. Dengan demikian, ketika sampai di tempat pengolahan, sampah bisa langsung dipisahkan kemudian diolah.”Gerakan bank sampah di tingkat RW juga terus dilakukan. Dari 258 RW, baru sekitar 20 RW yang berjalan,” kata Vina.
Menyinggung soal RTH, anggota Komisi D Arifin Mustofa melihat pembangunannya belum merata. “Bagaimana pemenuhan RTH ke depannya,” kata dia.
Vina menjelaskan memiliki lima kecamatan (Harjamukti, Lemahwungkuk, Pekalipan, Kejaksaan dan Kesambi), ada dilema pembangunan RTH. Terlebih luasan wilayahnya hanya sekitar 37,358 km 2. Dari kewajiban 20 persen RTH, Kota Cirebon untuk sekarang ini baru memenuhi sekitar 9,44 persen.
“Masih kurang 10,4 persen RTH. Kendalanya pembebasan lahan,” ucap Vina.

Peluang besar untuk memenuhi syarat RTH adalah dengan menanam mangrove di pantai. Dengan panjang pantai yang mencapai 21 kilometer, maka menanam mangrove merupakan upaya yang memungkinkan untuk menambah kuantitas RTH.
Sekarang ini RTH di Kota Cirebon ada do Taman Kehati. Terdapat 50 pohon yang ditanam, bagian dari 5 ribu pohon yang ditanam di sejumlah titik lainnya di Kota Cirebon. Selain di Taman Kehati, ribuan pohon lainnya disebar untuk ditanam di RW, sekolah, TPA Kopiluhur, Taman Air Goa Sunyaragi dan Stadion Bima.
“Penanaman pohon ini juga upaya untuk mewujudkan Cirebon Hijau,” ujar Agus.(priyanto/teguh)