GELAR PERTEMUAN: Jajaran Komisi C melakukan pertemuan dengan direksi Bank Jawa Barat (BJB) di Kota Bandung.(foto: teguh prasetyo)
BANDUNG – Komisi C DPRD Jateng melakukan studi komparasi mengenai pengelolaan kelembagaan dan keuangan ke Bank Jawa Barat (BJB), Selasa (5/10/2021).
Beberapa hal yang menjadi pembahasan dalam pertemuan tersebut adalah mengenai peningkatan kualitas pelayanan, pengelolaan saat pandemi Covid-19, dan mengenai kinerja BJB setelah adanya penawaran umum perdana (IPO/Initial public offering).
“Ada dua hal yang bisa menjadi inspirasi bagi kami nanti pada pengelolaan, sebenarnya sudah ada namun perlu ditingkatkan. Kaitanya bagaimana kami bisa membuat ekosistem BUMD di jasa keuangan kita tetap dalam spirit kebersamaan dan kolaborasi,” ungkap Ketua Komisi C Bambang Hariyanto usai pertemuan dengan BJB.
Kedua, lanjut politikus PDI Perjuangan itu, BJB yang sudah go public menjadi pembelajaran untuk Jawa Tengah. Banyak manfaat yang bisa diambil dengan adanya saham yang sudah tercatat di bursa efek tersebut. Hal itu akan dirumuskan pada Perda yang akan dibahas di 2022 mendatang.
“Dalam kontek ini, meskipun kita go public artinya masyarakat memiliki kontribusi hak kepemilikan saham, tapi tetap pemda tetap menjadi pengendali secara mayoritas. Saya kira dua hal itu yang bisa kita dapatkan dari pertemuan hari ini,” ungkapnya.
Senada dengan itu, Wakil Ketua Komisi C Sriyanto Saputro menyampaikan, BJB sudah menjadi perusahaan terbuka, sehingga tentunya berbeda dari Jawa Tengah. Namun di sisi kelembagaan baik Bank Jabar maupun Bank Jateng hampir sama juga. Hanya saja di BJB ada saham dari masyarakat, namun dengan tetap dalam kendali Provinsi Jawa Barat.
“Jawa tengah terkait NPL (non performing loan – pinjaman bermasalah) yang cukup rendah, ini yang menjadi referensi bagi kami. Meskipun Jawa Tengah sudah bagus, tapi perlu meningkatkan agar tetap bagus. Terkait dengan saham, walaupun kita tidak terbuka tapi kita juga perlu mengatur lewat raperda yang baru,” jelasnya.
Sebelumnya, dalam pertemuan, Direktur Kepatuhan Bank Jabar Cecep Trisna menyampaikan pada 2010 BJB melakukan go public setelah proses panjang sejak tahun 2008. Saat itu BJB menjual saham seri B sejumlah Rp 2,4 miliar saham dengan harga Rp 600.000, dan mendapatkan total nilai emisi sebesar Rp 1,4 triliun.
“Pada tahun 2018 kita berhasil melakukan penambahan modal. Tahun 2022 kami akan melakukan penambahan modal dengan right issue. Saat ini struktur kepemilikan saham di BJB, Saham seri A ada 75% oleh Pemda dan saham seri B 24,64% masyarakat,” jelasnya.
Dia menambahkan, mengenai pengembangan bisnis, saat ini BJB sudah memiliki 65 cabang, tersebar di seluruh Indonesia. Secara demografi paling banyak di jawa barat dengan prosentase, 50% ada di Jawa Barat. Dari sisi kinerja keuangan, per Juni 2021, BJB sudah punya aset Rp 142 triliun.(teguh/priyanto)