PEMBINAAN ATLET : Komisi E bersama Dinas Pemuda dan Olahraga Jatim membahas masalah pembinaan atlet.(foto: ganang hadi)
SURABAYA – Pembinaan dan pengembangan atlet di Jawa Timur sangat luar biasa. Dalam perhelatan olahraga nasional seperti PON, provinsi ini selalu masuk tiga besar.

Konsep yang dilakukan Jatim tersebut patut ditiru. Ketua Komisi E DPRD Jateng Abdul Hamid mengemukakan, pihaknya ingin Jateng memiliki konsep yang sama setidaknya untuk pembibitan atlet-atlet muda berbakat.
Hal tersebut dikemukakannya saat melakukan pertemuan dengan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Jatim, Senin (24/1/2022). Rombongan DPRD diterima Kepala Dispora Jatim Pulung Chausar didampingi Firman Syah Ali selaku Kabid Olahraga.

Dalam paparannya, Pulung mengemukakan, untuk penjaringan atlet pihaknya dalam agenda tahunan tetap menggelar porda maupun untuk tingkat pelajar yakni popda. Untuk pemusatan latihan, menyebar di sejumlah daerah. Dicontohkan untuk cabang olahraga gulat dipusatkan di Malang, tinju di Ngawi, angkat besi Kediri. Termasuk olahraga paralayang juga di Batu, Kabupaten Malang.
Tak hanya berkutat pada pengembangan olahraga, Dispora Jatim juga melatih tenaga fisioterapi guna menangani cedera atlet saat latihan maupun tanding. Bahkan di setiap kecamatan ada petugas untuk mencari bibit-bibit atlet unggulan. Menariknya, petugas tersebut menerima gaji Rp 1,5 juta per bulan.
Pada kesempatan itu pula, Hamid menyinggung mengenai anggaran untuk olahraga. Ia mencontohkan anggaran untuk pemusatan pelatihan PON Papua, serta disinggung pula sinergisitas antara Dispora dan KONI.
Pulung kemudian mengakui, anggaran PON Papua kemarin terbilang besar yakni Rp 163 miliar dan dapat hibah Rp 50 miliar. Selama empat tahun dilakukan persiapan secara matang. Mengenai sinergisitas dengan KONI diakui sangat harmonis. Sebagai lembaga induk olahraga, Pemprov dan KONI selalu bersinergi mulai dari pengembangan dan pembibitan atlet.
Sementara itu anggota Komisi E Yohanes Winarto juga bertanya mengenai pola pembinaan melalui sistem berjenjang seperti dari tingkat kelurahan-kecamatan dan seterusnya dan setelah adanya bibit altet itu apakah di sentralkan dalam satu kepelatihan atau di serahkan di daerah masing-masing.
Staf Dispora Arif Eko menjelaskan pola pembinaan melalui Porprov usia maksimal altet yang bisa ikut adala 21 tahun. Sekarang ini ada 132 atlet usia pelajar yang tersebar di 21 kabupaten/kota di Jatim. Setiap tahun mempunyai even olahraga di setiap kelompok umur U-16 dan U-17 sampai maksimal U-21.
“Masih usia pelajar mentalnya belum siap jika harus jauh dari keluarga maka untuk hasil maksimal kami serahkan kepada kabupaten/kota setempat untuk pemusatan latih, baru ketika ada event olahraga kami panggil untuk mendapatkan pengalaman,” jelasnya.
Di akhir Abdul Hamid berharap 5 atau 10 tahun kedepannya Jateng bisa masuk tiga besar di PON.(ganang/priyanto)