DIALOG TELEVISI : Wakil Ketua DPRD Jateng Sukirman bersama aktri Sha Ine Febriyanti menjadi narasumber di Stasiun Metro TV.(foto: dewi sekar)
JAKARTA – Bagaimana industri perfilman Tanah Air harus menyikapi tatanan baru selama pandemi Covid-19 ini? Termasuk pengembangan objek wisata yang harus terdampak sehingga kurang begitu menyehatkan. Permasalahan ini menjadi topik dalam diskusi hangat “Pandemi, Film dan Pariwisarta di Jateng” yang dihadirkan Stasiun Metro TV, Rabu (4/11/2020).
Menjadi narasumber dalam acara tersebut Wakil Ketua DPRD Jateng Sukirman serta aktris sekaligus sutradara di News Line Plus Sha Ine Febriyanti.

Sukirman mengungkapkan, semua sektor pengembangan usaha di Tanah Air bahkan dunia sekarang ini sedang bertahan di tengah pandemi. Termasuk perfilman pun, geliatnya kurang begitu menggembirakan. Kondisi tersebut bukan berarti para insan perfilman harus berdiam diri atau pasrah. Bahkan film dan wisata bisa dikombinasikan menjadi perpaduan yang menarik.
Secara keseluruhan pengembangan objek pariwisata di Jawa Tengah, lanjut dia, perlu mendapatkan dukungan. Ia mencontohkan pengelolaan di Malang, Jawa Timur. Di Jatim justru objek wisata dibuat oleh manusia, perpaduan antara alam, teknologi dan manusia,” jelasnya.
Namun, di Semarang seperti kawasan Kota Lama sekarang ini yang sudah cukup membaik dan patut diapresiasi. Terlihat jelas perubahan yang sangat signifikan.
“Saya berharap agar perfilman di Indonesia bisa mengangkat ikon di Jawa Tengah seperti Dieng, Lawang Sewu, dan masih banyak lainnya. Karena masih banyak yang perlu dijelajahi. Ini perlu ada perpaduan,” ucap Kirman.

Sementara Ine memandang dari segi industri film, sebenarnya para pelaku seni sudah mulai beradaptasi dengan situasi pandemi. Butuh waktu supaya geliat perfilman kembali bergairah. Ia pun sependapat film bisa mengangkat potensi wisata daerah.
“Dengan dunia perfilman dapat mengangkat sektor pariwisata daerah tersebut , seperti tempat lokasi syuting, bahkan bisa juga bekerja sama dengan influencer,” ucapnya.
Pentingnya menerapkan protokol kesehatan, lanjut dia, saat melakukan wisata di saat pandemi perlu dilaksanakan. Suatu hal yang harus disiasati orang membuat film tidak lagi di layar lebar. Kreativitas siapa pun dan di mana pun bisa dilakukan. Bahkan dengan sarana dan prasarana yang minimalis bisa membuat film bermutus sepanjang memiliki plot dan alur yang jelas. Dengan perpaduan objek wisata, ia berharap bisa mendongkrak sektor wisata.
“Sejauh ini Jateng paling popular untuk produksi film, seperti syuting film ‘Bumi Manusia’ di Blora cukup menarik wisatawan,” ucap Ine.(dewi/priyanto)