DISKUSI PENDIDIKAN. Wakil Ketua DPRD Quatly Abdulkadir Alkatiri jadi pembicara dalam diskusi pendidikan di Surakarta. (foto dewi sekarsari)
SURAKARTA – Tantangan pendidikan pada masa pandemi Covid-19 sangat kompleks. Ketersediaan gawai, kuota, serta jaringan internet menjadi satu kesatuan yang harus tersedia, baik dari pihak sekolah maupun orang tua.

Mengemuka dalam Focus Group Discussion (FGD) “Tantangan Pendidikan pada Masa Pandemi”, Minggu (27/2/2022). Wakil Ketua DPRD Jateng Quatly Abdulkadir Alkatiri menjelaskan, tantangan selama ini mengenai pembelajaran saat pandemi sudah mulai terjawab oleh pihak sekolah dan orang tua siswa. Sekolah (guru dan tenaga kependidikan) mulai kreatif dalam melakukan pembelajaran sedangkan siswa dan orangtua mulai terbiasa dengan aplikasi-aplikasi.

Dari sudut pandang pendidik, Yusmar Setyabudi mengemukakan, pihak sekolah semula ekstra keras menjawab tantangan pembelajaran yang dilakukan selama luring (luar jaringan/online). Sekarang ini dengan kebiasaan yang telah dilakukan mulai pertengahan 2020 sampai 2021, guru sudah mulai beradaptasi.
“Kami sebenarnya sudah mulai bisa beradaptasi dengan sistem luring. Bahkan awal Januari sudah memulai pembelajaran tatap muka, sekarang kembali harus luring. Sekarang pola hybrid tengah kami upayakan diadakan. Soal itu tergantung keputusan pemerintah,” ucap Kepala SMAN 1 Surakarta.

Selanjutnya Sukarmin (dosen UNS dan praktisi Pendidikan) justru melihat tantangan Pendidikan selama pandemi ada pada pendidikan vokasi. Pasalnya Pendidikan vokasi harus dituntut praktikum, namun dengan kebijakan pemerintah untuk tidak melakukan pembelajaran tatap muka maka tidak ada praktik.
“Beda dengan kampus, untuk mata kuliah praktikum harus dioptimalkan. Sedangkan sekolah, praktikum harus menyesuaikan dengan kebijakan pemerintah. Karena itu saya berpendapat, sebaiknya untuk praktikum untuk sekolah vokasi lebih dipermudah,” jelasnya.
Mengemuka dalam sesi tanya jawab, Joko Raharjo salah seorang guru SMK swasta di Surakarta mengakui pendidikan vokasi semestinya dapat perhatian besar. Pengalaman dia selama luring, banyak siswa saat proses pembelajaran lebih memilih bekerja. Pihak sekolah kerepotan dengan pilihan siswa.
“Ini dilema kami selama pengajaran luring. Siswa memilih bekerja dan orang tua menyetujui. Ini menjadi tantangan kami,” ucapnya. Quatly menekankan tantangan hendaknya tidak dijadikan alasan untuk terus belajar dan mengajar. Ia yakin tantangan saat pandemi ini akan ada jawaban setelah ini. Sukarmin pun menimpali, kesatuan pembelajaran selama luring yakni guru, siswa, dan orang tua harus bersinergi agar dukungan optimalisasi pembelajaran bisa tercapai.(cahyo/priyanto)