JADI NARASUMBER : Wakil Ketua DPRD Quatly Abdulkadir menjadi narasumber dalam acara Ruang Aspirasi disiarkan TATV Surakarta.(foto:priyanto)
SURAKARTA – Siapkah pembelajaran tatap muka dilakukan? Inilah kalimat yang kerap menjadi tanya oleh sebagian orang tua/wali siswa pada masa pandemi Covid-19 ini. Pertanyaan itu menjadi topik dalam acara Ruang Aspirasi “Pembelajaran Tatap Muka di Jawa Tengah, Siapkah?” yang disiarkan TATV Surakarta, Selasa (27/4/2021).

Wakil Ketua DPRD Jateng Quatly Abdulkadir Alkatiri menekankan konsep siap harus dilihat dari kesiapan dari orang tua/wali, tenaga pendidik, serta sarana dan prasarana sekolah. Dia tidak memungkiri, saat ini muncul kejenuhan dari orang tua maupun siswa itu sendiri selama menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ). Di setiap kesempatan bertemu dengan masyarakat maupun konstituen, selalu saja pertanyaan kapan dimulainya masuk sekolah. Dia meminta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng supaya memiliki skema pembelajaran guna mempersiapkan diri agar Juni nanti sudah bisa melaksanakan rencana pembelajaran tatap muka.
Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah Dr Hari Wulyanto menjelaskan, pihaknya tengah mempersiapkan uji coba pembelajaran tatap muka. Upaya tersebut saat ini mulai dilakukan bahkan sudah masuk tahap II yang sudah dimulai pada 26 April dan selesai pada 7 Mei nanti. Dilakukan pemerintah sekarang ini adalah memanajemen perilaku mulai dari siswa, guru, tenaga pendidik dan orang tua terutama dalam pembiasan selama masa pandemi.

Selama uji coba, siswa harus diantar langsung oleh orang tua dengan kendaraan pribadi, dilarang menggunakan fasilitas umum. Protokol kesehatan berupa mencuci tangan, memakai masker, menjauhi kerumuman dan sebagainya supaya wajib ditaati selama masa pembelajaran. Bahkan guru/tenaga pendidik diminta tidak bepergian supaya tidak membawa virus.
Pengamat pendidikan Dr Siti Supeni MPd – Ketua Program Studi PPKn Unisri Surakarta menyatakan, protokol kesehatan menjadi jawaban supaya semua siap untuk menjalankan pembelajaran tatap muka. Siswa sementara tidak diperkenankan bepergian, guru/tenaga pendidik juga demikian, serta orang tua/wali untuk memperketat mobilitas siswa selama di rumah.
Diakhir acara, Hari meminta saat ini yang harus dilakukan adalah mengubah pola pikir (mindset) untuk selalu optimistis. Tata cara dan pola belajar mulai disesuaikan dengan kondisi. Pun dilontarkan oleh Siti Supeni, masyarakat dan pemerintah supaya saling bersama-sama mendukung upaya dilakukan pembelajaran tatap muka.
“Kalau pemerintah meminta tidak bepergian, maka harus ditaati. Pun dengan guru/tenaga pendidik supaya tidak membuat kebijakan yang dapat merugikan siswa,” ucapnya.
Quatly meminta sarana dan prasarana sekolah untuk siap terlebih dulu agar ada kenyamanan dalam proses pembelajaran.(cahyo/priyanto)