PANTAU TERNAK. Komisi B DPRD Provinsi Jateng saat memantau kondisi TT Pagerkukuh di Kabupaten Wonosobo, Kamis (3/9/2020), didampingi pihak pengelola TT, BBPTT, dan Disnak Keswan Provinsi Jateng. (foto ariel noviandri)
WONOSOBO – Peternakan merupakan salah satu sektor yang mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Untuk itu, Komisi B DPRD Provinsi Jateng melakukan pantauan ke beberapa Taman Ternak, salah satunya Taman Ternak (TT) Sapi Perah Pagerkukuh di Kabupaten Wonosobo.
Disana, Komisi B berdialog dengan Dinas Peternakan & Kesehatan Hewan (Disnak Keswan) Provinsi Jateng, Balai Budidaya & Pembibitan Ternak Terpadu (BBPTT), dan pihak pengelola TT Pagerkukuh. Dalam penjelasannya, Saiful Latif selaku Sekretaris Disnak Keswan Provinsi Jateng mengatakan potensi yang dimiliki TT Pagerkukuh selama ini sangat baik.

Terbukti, kata dia, dengan luas lahan 0,96 hektare untuk 49 sapi perah, TT Pagerkukuh mampu mengejar target kinerja. Data sampai dengan 31 Agustus 2020 menyebutkan, dari target produksi susu sebesar 37.800 liter tercapai sebanyak 27.346 liter atau 72,33%. Untuk target produksi bibit, tercapai 15 ekor sapi perah atau 78,95% dari target 19 ekor.
Ia meyakini target pada 2020 ini bisa tercapai seluruhnya. Hal itu mengingat kinerja TT Pagerkukuh yang semakin baik, meski sempat terhambat akibat pandemi Covid-19.
“Secara total, produksi bibit sapi, baik sapi perah maupun potong di Provinsi Jateng ini mencapai sekitar 1,95 juta ekor. Angka itu merupakan kedua nasional setelah Provinsi Jatim. Dengan begitu, Jateng mampu menjadi penyangga sapi secara nasional. Memang, beberapa bulan lalu ada refocusing alokasi anggaran pakan ternak. Meski demikian, produksi bibit sapi perah akan mampu mencapai target sampai akhir tahun. Begitu juga dengan produksi susu, yang akan naik terus,” katanya optimis.

Mendengar hal itu, Ketua Komisi B DPRD Provinsi Jateng Sumanto mengaku apresiatif dengan kinerja TT Pagerkukuh tersebut. Meski begitu, ia tetap menyarankan produksi bibit sapi perah harus lebih baik dibanding para peternak umum sehingga TT Pagerkukuh bisa menjadi tempat percontohan sekaligus tempat bibit unggul bagi para peternak umum.
“Sehingga, balai ini bisa menjadi contoh. Masyarakat juga bisa membeli bibit sapi dan produk susu disini,” saran Politikus PDI Perjuangan itu.
Ia juga mempersilakan BBPTT untuk mengajukan anggaran pengadaan sapi perah unggulan melalui Disnak Keswan, mengingat potensi ke depannya yang sangat baik. “Bibitnya harus lebih unggul karena Pak Ganjar (Gubernur) juga fokus pada sektor peternakan, seperti disampaikannya dalam rapat paripurna,” ucapnya.

Sementara, Anggota Komisi B DPRD Imam Teguh Purnomo mengingatkan pula agar setiap TT tidak berkompetisi dengan para peternak karena nantinya peternak dapat kehilangan pangsa pasarnya. Justru, Disnak Keswan melalui BBPTT-nya bisa ikut membantu pemasaran produk para peternak agar perekonomian masyarakat tetap bertumbuh.
“Jangan terlalu bersaing dengan peternak umum karena mereka juga membutuhkan pangsa pasar. Namun, BBPTT bisa membantu pemasaran produk masyarakat,” pesan legislator dari Fraksi Golkar itu.

Anggota Komisi B dari Fraksi Golkar lainnya, Siti Ambar Fatonah, juga menyarankan agar BBPTT bisa berkreasi agar perkembangannya dapat semakin lebih baik. Hal itu berimbas pada performa kinerja di tiap TT sehingga mampu mencapai target produksinya.
“Soal ranking atau prestasi, jangan terlalu terbuai tapi tetap fokus pada pengembangannya,” saran Ambar.

Sarif Abdillah, Anggota Komisi B, mengusulkan kepada Disnak Keswan untuk membuat ‘Jalur Susu’ yakni Temanggung, Wonosobo, Magelang, dan Boyolali. “Hal seperti itu penting karena bisa membantu pemasaran produk ternak dan susu sekaligus mendukung pariwisatanya,” kata Ketua Fraksi PKB itu.

Sementara, Anggota Komisi B dari Fraksi PDI Perjuangan Juli Krisdianto menilai setiap TT yang dikelola BBPTT Disnak Keswan dapat dikelola menjadi tempat penelitian sapi dan pelatihan bagi peternak. Menurut dia, jika hanya menjadi tempat peternakan semata, kondisi itu merupakan hal yang biasa karena perkembangannya tidak signifikan.
“Namun, jika dibuat semodern mungkin, bisa menjadi tempat penelitian,” kata Juli.

Mendengar saran Komisi B itu, Kepala BBPTT Disnak Keswan Provinsi Jateng Agus Sucipto mengaku siap melaksanakan masukan Dewan tersebut karena nantinya bisa membantu pengembangan kinerja BBPTT. Soal sarpras, ia juga mengakui luas lahan TT Pagerkukuh tidak terlalu besar yakni hanya 0,96 hektare. Menurut dia luasan lahan itu sangat terbatas sekali untuk menambah populasi sapi.
“Jika ingin menambah, maka harus menambah luasnya dulu,” kata Agus.

Ia juga mengakui ke depan sektor peternakan menjadi pilar pokok sehingga perannya sangat strategis. Untuk itu, pihaknya mengaku sepakat dengan saran Dewan mengenai pengembangan bibit unggul sehingga bisa menjadi percontohan bagi para peternak.
“Jika input pakan baik, maka bibit yang dihasilkan pun baik. Namun, bibit yang buruk dengan pakan seadanya, maka hasil performanya akan menurun,” ucapnya.
Soal ketersediaan anggaran, diakui bibit sapi perah sangat mahal. Meski begitu, pihaknya tetap berupaya memberikan kinerja yang optimal untuk mencapai target produksi susu dan bibit sapi perah. (ariel/priyanto)