DIALOG POLITIK. Bambang Joyo Supeno (tengah) dan Bambang Haryanto saat menjadi pembicara dalam acara ‘Dialog Radio’ dengan tema ‘Dinamika Politik Pasca Pemilu 2019’ di Ruang Rapim Lantai 1 Gedung Berlian, Jalan Pahlawan Nomor 7 Kota Semarang, Rabu (29/5/2019). (foto dewi sekarayu)
GEDUNG BERLIAN – Dinamika politik pasca Pemilu 2019 di wilayah Jateng masih kondusif. Kondisi itu sangat berbeda jauh dengan DKI Jakarta, yang sempat diramaikan dengan aksi unjuk rasa di beberapa tempat.
Hal itu dinyatakan oleh Anggota Komisi A DPRD Jateng Bambang Haryanto, saat menjadi pembicara dalam ‘Dialog Radio’ dengan tema ‘ Dinamika Politik Pasca Pemilu 2019’ di Ruang Rapim Lantai 1 Gedung Berlian, Jalan Pahlawan Nomor 7 Kota Semarang, Rabu (29/5/2019). Ia mengatakan, setelah pemilu serentak pada 17 April lalu digelar, kondisi di Jateng masih aman dan nyaman didukung dengan kultur dan tipikal masyarakatnya.
“Di Jateng masih kondusif karena masyarakatnya yang santun saat menghadapi pemilu. Tidak seperti di Jakarta, yang sangat ramai dengan protes keras,” kata Ketua Fraksi PDI Perjuangan itu.

Ramainya komentar di media sosial pasca pemilu, ia mengakui kondisi itu tidak bisa dihindari karena media sosial merupakan ajang untuk berpendapat secara bebas. Namun, ia menyarankan pula masyarakat dapat lebih santun saat memberikan komentar-komentarnya sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.
Senada, Anggota Komisi A lainnya, Bambang Joyo Supeno, juga mengakui kondisi Jateng sampai sekarang masih kondusif yang didukung kultur masyarakatnya. Meski begitu, ia mengakui masih ada beberapa dinamika politik di dalamnya.
“Masyarakat Jateng itu lebih dewasa saat menghadapi pemilu, meski ada juga dinamika di dalamnya dan hal itupun tidak sebesar yang terjadi di Jakarta,” kata Sekretaris Fraksi PAN DPRD Jateng itu.
Soal media sosial, ia menjelaskan dinamika pasca pemilu memang sangat ramai dengan komentar-komentar tajam. Ia berharap Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kementerian Kominfo) selaku pihak yang berwenang bisa melaksanakan pengawasan media sosial secara bijak karena media sosial sendiri merupakan salah satu ajang untuk bebas berpendapat.
“Media sosial itu tempat kebebasan berpendapat masyarakat tapi tetap perlu diperhatikan. Hal itu juga menjadi tugas parpol untuk melaksanakan pendidikan politik yang baik kepada masyarakat,” katanya.

(foto dewi sekarsari)
Agus Triyanto, Pengamat Politik Universitas Wahid Hasyim Semarang, menimpali pelaksanaan Pemilu 2019 itu dihadapi oleh masyarakat Jateng sesuai dengan kultur yang ada. Diakui, kultur dan prilaku masyarakat yang dewasa tersebut sudah terbukti dalam pemilu sebelumnya dimana pelaksanaannya berjalan kondusif.
“Masyarakat Jateng itu sudah dewasa saat menghadapi pemilu. Sehingga, dinamika pemilu di ibukota tidak banyak berpengaruh terhadap masyarakat Jateng. Mungkin karena tipikal masyarakatnya yang santun dan tepo seliro sehingga antar masyarakat bisa saling memahami,” kata Agus.
Ia menambahkan persoalan yang ada media sosial itu sangat wajar karena semua masyarakat bebas memberikan tanggapan/ komentarnya terhadap segala sesuatu, terutama pemilu. “Hanya saja memang perlu perhatian dari pemerintah agar tidak ada lagi ujaran-ujaran kebencian yang bisa merugikan masyarakat itu sendiri dan melaksanakannya sesuai Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,” sarannya. (ariel/priyanto)