PAPARAN NASIONALISME: Anggota DPRD Jateng Bambang Eko Purnomo menjadi narasumber dalam memaparkan nasionalisme.(foto: teguh prasetyo)
UNGARAN – Anggota DPRD Jateng Bambang Eko Purnomo mengungkapkan, nasionalisme harus dipupuk sejak dini, mulai dari Pendidikan Anak Usia DIni (PAUD) hingga ke jenjang perguruan tinggi.
Rasa nasionalisme itu tidak memandang usia, seperti dulu dalam merebut kemerdekaan, dari usia balita hingga lanjut usia ikut berjuang meskipun hanya lewat doa. Hal tersebut disampaikannya dalam acara “Dialog Empat Pilar : Pemuda, Ormas, dan Nasionalisme” di The Wujil Hotel Kabupaten Semarang, Rabu (25/5/2022).

“Rasa nasionalime itu tidak boleh luntur. Jadi tidak boleh hilang, rasa nasionalime harus kita pupuk dari PAUD hingga perguruan tinggi,” ungkap Anggota Fraksi Partai Demokrat DPRD Jateng tersebut.
Pria yang juga merupakan Ketua Ormas Pemuda Pancasila Jawa Tengah itu menyampaikan, salah satu cara memupuk rasa nasionalime adalah mengenalkan lagu “Indonesia Raya”. Seperti yang telah dilakukan oleh Provinsi DIY melalui Surat Edaran Guberbur mewajibkan setiap pukul 10 pagi memperdengarkan lagu kebangsaan di tempat publik.
“Ini contoh yang bagus untuk ditularkan di provinsi lain. Di hotel, mal, pasar tradisional berdiri sejenak menyanyikan lagu ‘Indonesia raya’. Jadi menanamkan nasionalisme, itu otomatis orang yang mendengar, ikut berdiri dan menyanyikan. Kalau diterapkan di Jawa Tengah bagus sekali,” ungkapnya.
Selain itu, salah satu bentuk aplikasi cinta Tanah Air adalah menggunakan produk dalam negeri. Seperti baju, sepatu, dan lainnya buatan anak negeri harus bangga menggunakannya. Selain itu, dia berpesan kepada para pemuda agar mempelajari Indonesia beserta potensinya, kemudian ikut menyumbangkan ide dan gagasanya untuk kemajuan bangsa.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bidang Kepemudaan Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Jawa Tengah Siti Moelyatmi Bernadeta menyampaikan, di instansinya ada beberapa program yang bisa menampung kegiatan kepemudaan yang tentunya berkontribusi terhadap pembangunan dan meningkatkan rasa nasionalisme itu sendiri.
“Ada wawasan kebangsaan dan bela negara, bagaimana pemuda mengerti bahwa bangsa Indonesia sekitar 1/4 adalah pemuda itu merupakan kekuatan yang besar. Bagaimana pemuda memiliki usia 16-30 tahun memiliki potensi yang besar kemudian kita arahkan ke hal yang positif dan kita bekali dengan hal positif maka akan menjadi power yang besar,” jelasnya.
Di bidang kepeloporan, lanjutnya, pihaknya mengajak kepada para pemuda untuk bersama menunjukan bahwa pemuda itu kreatif dan inovatif. Rasa nasionalisme pemuda harus selalu dipupuk, karena di era globalisasi banyak sekali tantangan dan hambatan.

Sementara itu, dosen Universitas AMNI Semarang Purnomo Ari Wibowo menyampaikan, dampak globalisasi memang sangat berpengaruh terhadap lunturnya nasionalisme. Diperlukan peran dari orang tua dan sekolah, untuk mengenalkan dan menguatkan rasa cinta Tanah Air. Serta rasa saling menghormati, kebersamaan, saling memiliki dan saling menjaga.
“Seperti yang dia terapkan di kampus AMNI. Karena kampus kita nempel dengan lingkungan, maka semua mahasiswa harus wajib ikut Siskamling. Kemudian saat terjadi bencana seperti banjir, maka ikuut serta dalam evakusi dan lain sebagainya,” jelasnya.(ayuutami/priyanto)