SOAL PANCASILA. Endrianingsih Yunita dalam acara ‘Dialog 4 Pilar’ dengan tema ‘Pentingnya Pendidikan Pancasila’ yang diselenggarakan di Kota Magelang, Rabu (9/3/2022). (foto dewi sekarsari)
MAGELANG – Derasnya arus budaya asing saat ini mampu menggerus budaya lokal. Kondisi itu diperparah dengan banyaknya kaum muda yang seringkali lupa bahwa bangsa ini memiliki nilai-nilai luhur dari Pancasila sebagai way of life atau ideologi bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, Pancasila sampai sekarang masih berperan besar untuk menciptakan karakter Bangsa Indonesia. Pembahasan tersebut menjadi perbincangan hangat dalam acara ‘Dialog 4 Pilar’ dengan tema ‘Pentingnya Pendidikan Pancasila’ yang diselenggarakan di Kota Magelang, Rabu (9/3/2022). Dalam dialog tersebut hadir sebagai narasumber utama yakni Endrianingsih Yunita sebagai Anggota Komisi E DPRD Provinsi Jateng didampingi Nikmah Nurbaity selaku Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VIII Dinas Pendidikan Provinsi Jateng, dan Delfian Widiyanto dari FKIP Untidar Magelang.
Endrianingsih Yunita menjelaskan pendidikan Pancasila itu merupakan dasar yang utama sebagai benteng saringan pengaruh budaya asing yang masuk. Jika tidak ada penyaring, maka dikawatirkan akan merusak kaum muda sekarang yang terpengaruh budaya asing.
“Anak-anak muda sekarang ini sangat kekinian karena terus berkecimpung di media sosial. Era digital menjadi mudah diterima anak muda. Disini kita perlu mengenalkan nilai-nilai Pancasila lebih awal, supaya anak-anak muda ini memahami bahwa nilai Pancasila itu penting sebagai edukasi untuk memilah budaya asing yang masuk,” terangnya.

Politikus PDI Perjuangan itu menambahkan, jika kaum muda mengabaikan nilai-nilai Pancasila, maka karakter bangsa akan hilang. “Menurut saya Pancasila itu sangat fleksibel, tidak lekang oleh waktu, hanya metodenya yang akan diubah. Tentunya, dalam pendidikan juga menyesuaikan. Jika anak kekinian, metodenya juga kekinian, bisa melalui pengenalan dengan tokoh-tokoh milenial atau influencer saat ini, tidak model old school seperti penataran P4 tapi bisa melalui film, YouTube, dan media sosial lainnya,” tambahnya.

Sementara, Nikmah Nurbaiti menerangkan sebenarnya banyak pendidikan yang diterapkan untuk memperdalam jiwa Pancasila di sekolah. Dikatakan, setiap pengajar perlu mengajarkan nilai-nilai Pancasila dan menjadi kurikulum wajib agar generasi sekarang tidak melupakan nilai Pancasila.
“Setiap guru diwajibkan mengajarkan nilai Pancasila, baik melalui intra maupun ekstra kurikuler. Dari situ, nilai Pancasila harus diwujudkan dalam tindakan guru yang mengajarkan bahwa Pancasila adalah ideologi kita, yang menjadi cerminan kegiatan pelajar agar terhindar dari pengaruh budaya asing. Learning to know learning to do, belajar untuk tahu dan mengerti serta belajar melalui tindakan,” tutur Nikmah.

Delfian Widiyanto selaku dosen mengatakan bahwa pendidikan Pancasila memang diperlukan, mengingat kemajuan teknologi di era digital ini bisa menjadi ancaman bila tidak didasari dengan ideologi sebuah bangsa. Ditegaskannya, Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara harus ditegakkan dalam setiap pembelajaran.
“Tujuan dari pembelajaran Pancasila adalah menjadikan tatanan warga negara yang baik. Generasi muda sekarang ini tantangannya cukup besar di era globalisasi, maka sudah selayaknya nilai-nilai Pancasila lebih dikenal oleh generasi sekarang untuk bisa diterapkan dalam kesehariannya,” terang Delfian. (cahyo/ariel)