GELAR PERTEMUAN : Ketua Komisi B Sumanto melakukan pertemuan di Kantor Dinas Ketahanan Pangan Jateng.(foto: rahmat yw)
UNGARAN – Kondisi ketahanan pangan di Jateng sampai Maret 2021 masih aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Cadangan beras mencapai 876.812 ton, sementara stabilitas komoditas kedelai bisa terkendali. Namun permasalahan arus bawah sektor pertanian dan peternakan harus diselesaikan karena belum mengalami kemajuan yang signifikan, di antaranya masih adanya petani yang kesulitan mendapatkan pupuk.

Ketua Komisi B DPRD Jateng Sumanto mengatakan perlunya penggiatan riset di bidang teknologi pertanian untuk maksimalisasi kualitas dan hasilnya. Seperti diketahui, di masa lalu Indonesia merupakan pengekspor terbesar komoditas gula di Asia Tenggara, selain itu swasembada beras juga pernah diraih.
“Dulu kita untuk mendapatkan pupuk tak sesulit sekarang, setiap saat bisa, makanya kita dulu bisa swasembada pangan, bahkan bisa ekspor ke luar negeri,” kata legislator PDIP saat mengunjungi Dinas Ketahanan Pangan Jawa Tengah, Jalan Gatot Subroto Kompleks Pertanian Tarubudaya Ungaran Timur, Kabupaten Semarang (2/3/2021).
Dia juga mengemukakan usulan mendirikan lagi Koperasi Unit Desa untuk mempermudah petani mendapatkan pupuk dan menjual hasil pertaniannya.

Sekretaris Komisi B M Ngainirrichadl menyoroti impor garam yang dilakukan oleh Pemprov Jateng tahun lalu, mengingat pada 2019 pernah mengalami surplus dengan raihan angka produksi mencapai 1,43 juta ton yang melampaui pencapaian tahun 2018.
“Memang garam dihasilkan petambak jateng kurang memenuhi kadar NhCl, namun bukan berarti harus mengambil opsi impor komoditas itu. Mengapa kita tidak melakukan alokasi anggaran saja untuk merekayasa dengan teknologi agar NhCl nya tinggi , sehingga bisa memasok untuk kebutuhan industri”, usul legislator PPP itu.
Menanggapi pertanyaan dan usulan kalangan Komisi B, Kepala Seksi Benih Tanaman Pangan Distanbun Jateng Agus Rustiyarto mengemukakan akan berupaya mengembangkan teknologi pertanian melalui riset dengan mengoptimalisasi peran balai-balai yang tersebar di seluruh jateng. Agus mengakui peningkatan produksi benih palawija di wilayahnya juga perlu didukung optimalisasi sumber daya air dan irigasi serta sarpras lainnya
“Untuk pengembangan ke arah penelitian dan uji riset, kami masih butuh dorongan dari Bapak-Bapak Dewan. Selain hal itu, banyak kendala yang kami alami seperti keterbatasan atau kompetensi SDM, penerapan inovasi, sampai dengan kondisi lahan yang marginal,” kata Agus.(rahmat/priyanto)