DIALOG TELEVISI : Wakil Ketua DPRD Jateng Sukirman (dua dari kanan) bersama narasumber lain berdialog di TATV Surakarta.(foto: Azhar Alhadi)
SURAKARTA – Vaksin datang, Covid-19 hilang ? Itulah pertanyaan yang mewakili masyarakat di Tanah Air termasuk Jateng sekarang ini. Ada anggapan besar dengan vaksinasi bisa menjadikan Covid-19 hilang. Anggapan itu oleh pengamat kesehatan dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta dokter Tonang Dwi Aryanto tidak tepat. Menurutnya vaksinasi hanyalah untuk mengendalikan virus supaya tidak menyebar, tidak menjadikan virus hilang.

Hal itu dikemukakannya dalam dialog yang disiarkan langsung TATV, Aspirasi Jawa Tengah “Vaksin Datang, Covid-19 Hilang?”, Selasa (9/3/2021). “Vaksinasi ini membuat Covid-19 terkendali. Beruntung Indonesia sudah mendapatkan vaksin dibanding negara-negara lain yang ada harus menunggu pada 2024 atau 2025,” ungkap dia. Selain Tonang, narasummber lain adalah Wakil Ketua DPRD Jateng Sukirman dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dokter Yulianto Prabowo.
Dipaparkannya, keberadaan virus korona menjadi pandemi di belahan dunia itu dari hasil kajian medis tidak akan hilang. Supaya tidak terus menerus menjadi wabah maka harus ada vaksin yang menangkal virus tersebut. Maka pemberiannya pun sebagaimana vaksin lain adalah sebanyak dua kali.
“Satu kali untuk pengenalan pada sistem antibodi, selanjutnya untuk kali kedua untuk membentuk antibodi pada tubuh. Karena itu masyarakat tidak perlu ragu dan khawatir dengan vaksin tersebut,” ucapnya.

Sukirman pun mengaku beruntung sekaligus bahagia menjadi orang di Jateng bersama Gubernur dan pejabat lain mendapatkan vaksin terlebih dulu. Dia tidak berpikir macam-macam, sehingga saat diminta vaksin langsung mengiyakan.

Dokter Yulianto Prabowo juga menegaskan, meski sudah mendapatkan dua kali vaksin masyarakat tetap harus mematuhi protokol kesehatan. Pasalnya vaksinasi untuk sekarang ini belum menjangkau masyarakat keseluruhan.
“Target vaksinasi untuk masyarakat Jateng sebanyak 24 juta 500 ribu orang. Dengan dua kali vaksin berarti membutuhkan 49 juta-an dosis vaksin. Sementara jumlah vaksin kita bahkan dunia masih terbatas. Karena itu sasaran vaksinasi belum merata. Kita mungkin sudah divaksin, sementara ada yang belum vaksin sehingga bisa tertular,” ucapnya.
Mengenai pertanyaan host Bona Ventura perihal pro dan kontra vaksinasi, Sukirman menyatakan masalah tersebut biasa terjadi. Namun dilihat dari antrean panjang untuk vaksin, telah membuktikan masyarakat sudah pandai untuk menyaring informasi. Vaksin masih dinilai bisa untuk menangkal pandemi Covid-19.(priyanto/ariel)