DIALOG TELEVISI: Sejumlah narasumber dalam Dialog Aspirasi Jateng di TATV Surakarta.(foto: priyanto)
SURAKARTA – Informasi (berita) bohong atau hoaks menjadi kekhawatiran pada 2023 dan 2024. Pada 2023 sudah mulai dilakukan persiapan jelang Pemilu 2024. Dan pada 2024, merupakan puncak perhelatan politik nasional tertutama suksesi kepemimpinan.

Lantas bagaimana menangkal hoaks itu sendiri? Dalam Dialog Aspirasi Jateng di TATV Surakarta, tema menangkal hoaks menjadi topik yang didiskusikan. Anggota Komisi A DPRD Jateng Mujaeroni menyatakan, informasi yang kerap masuk di lini massa seperti Instagram, Twitter, Facebook, kerap tidak bisa diketahui apakah bohong atau tidak. Warganet atau netizen pun dibuat bingung dengan informasi itu.
“Banyak konstituen kami terutama usia-usia di atas 50 tahun bingung dengan informasi masuk pada telepon selulernya hoaks atau tidak. Bagaimana membedakan atau mengetahui informasi itu hoaks. Pemerintah atau Diskominfo harus gencar menyosialisasikan cara mengetahui kevaliditasan informasi,”ucapnya saat menjadi narasumber.
Politikus Partai Gerindra itu mengakui medsos banyak keuntungannya terutama dari sisi sosialisasi. Maka masyarakat pun perlu diimbangi dengan pemahaman dalam menerima informasi supaya tidak mudah terjebak, penyebaran dari informasi.

Wakil Rektor UIN RM Said Surakarta Prof Samsul Bahri mengakui masyarakat ada yang dirugikan serta diuntungkan dari informasi di medsos. Khusus untuk hoaks patut menjadi perhatian serius. Pihak UIN RM Said pada 2019 pernah membuat riset dengan hasil 70 persen koresponden aktif ber-medsos. Dari persentase itu 44 persennya mengakui menerima dan menyebarkan ujaran kebencian baik melalui Whatsapp dan Instagram.
“Meski hanya 44 persen, itu gambaran masyarakat kita yang mudahnya menerima dan menyebarkan hoaks. Ini harus diantisipasi supaya pada tahun-tahun politik nanti jangan sampai hoak menjadi biang perusak persatuan dan kesatuan,” ungkap dia.
Iswahyudi selaku Kabid E Goverment Dinas Kominfo Jateng memberikan sejumlah trik untuk mengetahui hoaks atau tidak. Hoaks dari pengamatan selama ini biasanya diberi judul-judul yang bombastis, provokatif. Bila ingin diketahui kevaliditasannya perlu cek fakta dengan mencari sumber beritanya (link). Termasuk untuk gambar bisa mencari di Google.
“Bisa juga dengan masuk ke medsos milik Diskominfo Jateng. Pada Twitter dengan kominfo_jateng, dan di Instagram (IG) di kominfo.jateng. Kami akan menindaklanjuti pertanyaan. Bila hoaks, informasi itu akan kami beri stempel,” ucapnya. Dengan pemahaman yang kuat, Mujaeroni yakin pada tahun politik nanti orang akan cerdas memilih dan memilah informasi supaya tidak mudah disebarluaskan. Prof Samsul pun turut menegaskan, jangan sampai masyarakat menjadi korban mengenai informasi yang terkadang dibuat untuk kepentingan sesaat.(rafdan/priyanto)