BICARA BENCANA. Alwin Basri (paling kanan) saat menjadi pembicara utama dalam acara Ruang Aspirasi dengan tema ‘Kesiapan Jateng Menghadapi Musim Hujan’ di Studio 1 Stasiun TVRI Jateng di Kabupaten Demak, Rabu (13/11/2019). (foto ariel noviandri)
DEMAK – Hujan kini mulai mengguyur sebagian wilayah Jateng. Untuk itulah, dibutuhkan kesiapan dari pihak-pihak terkait agar bencana dapat diminimalisir.
Dalam hal ini, Sudaryanto selaku Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng mengakui Provinsi Jateng memiliki banyak daerah rawan bencana. Bahkan, di Jateng ada 4 wilayah potensi Tsunami.
“Selama ini, kami selalu berkoordinasi dengan BMKG. Untuk itu, kami menghimbau masyarakat agar menerima informasi dari sumber yang jelas,” katanya, saat menjadi salah satu pembicara dalam acara Ruang Aspirasi dengan tema ‘Kesiapan Jateng menghadapi Musim Hujan’, di Studio I Stasiun TVRI Jateng, Kabupaten Demak, Rabu (13/11/2019).

(foto ariel noviandri)
Dikatakan, antisipasi di musim penghujan ini yakni menggelar rapat koordinasi dan memperhatikan daerah rawan bencana seperti wilayah yang memiliki tanggul, hutan, tebing, dan pesisir pantai. “Early warning system (sistem peringatan dini) tetap digunakan, dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Di beberapa wilayah sudah ada Desa Tangguh Bencana,” jelasnya.
Sementara, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Tata Ruang (Pusdataru) Eko Yulianto menjelaskan selama ini 202 sungai di Provinsi Jateng. Dengan kondisi itu, butuh pemeliharaan sungai dengan membagi ke dalam 10 wilayah sungai.
“Di Jateng, bahkan ada 5 Balai Besar Wilayah Sungai untuk mengelola sungai. Hal itu merupakan upaya kelengkapan infrastruktur. Dalam menghadapi banjir dan rob di beberapa wilayah sungai, selain menyiapkan alat-alat berat untuk pengerukan, kami juga mempersiapkan karung-karung pasir. Untuk pembuatan tanggul, tetap diupayakan di wilayah rob dan banjir,” kata Eko.

(foto ariel noviandri)
Diharapkannya, ada peran serta masyarakat dalam upaya penanggulangan bencana. “Yang jelas, masyarakat ikut terlibat sehingga lingkungan selalu terjaga,” harapnya.
Dari sudut pandang tradisi masyarakat, pengamat sosial Undip Semarang Amirudin mengatakan kesiapsiagaan atau kesadaran masyarakat menghadapi bencana tergantung wilayah. Karena, belum tentu wilayah yang jarang terkena bencana akan siap menghadapi.
“Untuk itu, pemahaman terhadap bencana itu perlu disosialisasikan pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya,” kata Amirudin.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Komisi D DPRD Jateng Alwin Basri mengatakan pihaknya sudah mengalokasi anggaran dalam upaya penanggulangan bencana daerah. Untuk Dinas Pusdataru, pada 2019 sudah dialokasikan sekitar Rp 45 miliar dan Rp 1 miliar untuk pasca bencana. Pada 2020 mendatang, anggaran untuk mengelola sungai ditambah menjadi Rp 55 miliar.
“Yang penting, kami tetap concern dalam pengelolaan sungai agar bisa menghindari banjir,” tegas Politikus PDI Perjuangan itu. (ariel/priyanto)